Bursa Wall Street Menguat, Dow Jones Capai Rekor Baru
"Tampaknya The Fed bergerak sesuai arah pasar, bukan pasar yang bergerak ke arah The Fed. Reli Sinterklas mungkin akan terus berlanjut,” kata Bolvin, mengutip CNBC pada Rabu (14/12).
Pada awal 2022, Dow mengalami penurunan dari level rekor karena The Fed memulai upaya untuk menangani inflasi dengan kebijakan yang lebih ketat. Tahun lalu, indeks ini juga turun sebanyak 8,8% dan merupakan penurunan tahunan terbesar sejak 2008.
Namun, sejak awal kuartal keempat 2023, Dow melonjak lebih dari 10% karena harapan akan kebijakan yang lebih longgar. Kenaikan yang terjadi pada hari Rabu telah mengangkat kenaikan Dow menjadi 11,9% secara year-to-date. Di sisi lain, pasar secara keseluruhan juga mengalami kenaikan yang lebih signifikan, dengan S&P 500 naik sebanyak 22,6% sejauh ini pada 2023. Nasdaq Composite bahkan melonjak sebesar 40,8% year-to-date.
Seiring dengan hal itu, pasar menerima data inflasi yang lebih positif pada hari Senin (11/12) kemarin, di mana indeks harga produsen tidak mengalami perubahan pada bulan November. Ini diikuti oleh rilis indeks harga konsumen pada Selasa (12/12), yang menunjukkan perlambatan harga ke tingkat tahunan 3,1% pada bulan lalu.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor sepuluh tahun, yang menjadi acuan untuk suku bunga hipotek dan pinjaman lainnya, turun menjadi 4,03% setelah perkiraan suku bunga dari The Fed dirilis. Ini merupakan level terendah sejak bulan Agustus.
Selain itu, saham Bank of America dan Wells Fargo, yang akan diuntungkan jika The Fed menerapkan soft landing, masing-masing melonjak sebesar 4% dan hampir 3% pada hari Rabu. Sedangkan Home Depot, yang penjualannya dapat dipengaruhi oleh kebangkitan pasar perumahan naik sebesar 3%.
