Rupiah Digital: Uji Coba, Keuntungan, dan Bedanya dengan Kripto

Image title
15 September 2021, 16:25
Indonesia tengah melakukan riset terkait penerapan rupiah digital.
Flickr.com
Indonesia tengah melakukan riset terkait penerapan rupiah digital.

Ketiga, bagaimana CBDC dapat mendukung inklusi ekonomi keuangan, kerja sama di sistem pembayaran, termasuk cross border payment dan CBDC. Selain itu juga inisiatif untuk pembiayaan berkelanjutan, bagaimana uang digital bisa mendukung sektor riil yang lebih hijau. Selanjutnya, sektor keuangan bisa menopang inisiatif-inisiatif inklusi ekonomi dan keuangan khusus usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Sementara itu, dari pihak bank sentral dukungan akan diberikan melalui sistem pembayaran digital, termasuk di Indonesia untuk mendukung digitalisasi keuangan UMKM melalui pembayaran digital.

Uji Coba Rupiah Digital

Bank sentral menyiratkan bahwa Indonesia belum akan melakukan uji coba uang digital dalam waktu dekat. Bank Indonesia masih menimbang kondisi dalam negeri, dari sisi konteks kebutuhan negara Indonesia berbeda dari negara-negara lain.

Kebutuhan tersebut mengacu pada preferensi penggunaan uang digital yang lebih besar dibandingkan preferensi penggunaan uang kartal. Di sisi lain, beberapa negara Eropa cenderung sudah menunjukan preferensi penggunaan uang kartal yang rendah, sehingga memungkinkan mengimplementasikan uang digital, seperti halnya di Tiongkok.

Meski begitu, Indonesia terus melakukan riset terkait penerapan rupiah digital di tengah masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bagi bank sentral untuk bergabung dengan bank sentral lain ataupun lembaga internasional lainnya, seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), World Bank.

Keuntungan Penerapan Rupiah Digital

Penerapan CBDC dinilai mampu meningkatkan efisiensi ekonomi, sehinga BI akan mengeluarkan dan mengedarkan rupiah digital melalui teknologi platform blockchain agar efisiensi distribusi uang digital dapat tercapai.

“Transaksi di pasar uang itu akan efesien dan zero transaction cost, karena tersambung dalam sistem digital currrency sesuai distributed ledger technology dalam konteks wholesale rupiah," kata Perry, Kamis (19/6).

Dia menambahkan, untuk retailer, bisa langsung mengunjungi ritel sehingga cost of transaction alias biaya transaksi bisa lebih rendah dan speed of transaction akan didukung BI Fast dan Snap yang bisa meningkatkan efisiensi ekosisitem, serta Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang terus diperluas.

Namun, ada risiko yang perlu diperhatikan terkait keamanan syber atau cyber security. Untuk mengatasinya, penerbitan dan peredaran CBDC akan dikontrol oleh bank sentral. Hal ini tentunya berbeda dengan sistem mata uang digital atau cryptocurrency yang tidak dikendalikan oleh regulator manapun.

Beda Rupiah Digital dan Cryptocurrency

Ada perbedaan mendasar antara rupiah digital dengan cryptocurrency. Uang kripto atau cryptocurrency di berbagai negara bukanlah alat pembayaran yang sah (legal tender). Sementara, CBDC dikontrol langsung oleh bank sentral dan difungsikan sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.

Rencana akan ada tiga model CBDC, yakni: indirect CBDC di mana tagihan (klaim) dilakukan ke perantara (bank komersial), sementara bank sentral hanya melakukan pembayaran ke bank komersial.

Model kedua yakni, direct CBDC di mana tagihan dilakukan langsung ke bank sentral. Model ketiga hybrid CBDC, di mana tagihan dilakukan ke bank sentral, tetapi bank komersial yang melakukan pembayaran.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...