Dampak Virus Corona, S&P Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

Agustiyanti
7 Februari 2020, 17:58
tiongkok, china, pertumbuhan ekonomi, virus corona
ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee
Ilustrasi. S&P memperkirakan perekonomian Tiongkok baru akan pulih dari dampak wabah virus corona pada kuartal ketiga tahun ini.

Lembaga tersebut memperkirakan belanja barang dan jasa masyarakat di luar kebutuhan pokok akan menurun 10% dan memperlambat konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama. Pertumbuhan konsumsi swasta bisa turun hampir 2% pada kuartal pertama di banding akhir tahun lalu.

Padahal, sebelum ada wabah virus corona, konsumsi tersebut diperkirakan dapat tumbuh 6%.

Adapun di sisi lain, konsumsi pemerintah yang meningkat lantaran pengeluaran yang besar guna mengatasi wabah tersebut akan mengimbangi penurunan tersebut.

(Baca: Isolasi Tiongkok & Risiko Kehilangan Pembelanja Terbesar Wisata Dunia)

Pengeluaran investasi juga akan terdampak dua sisi. Perusahahaan sulit melakukan stok persediaan karena wabah berasal dari pusat kota Wuhan yang merupakan pusat logistik, transportasi, dan produksi mobil. Pada saat yang sama, perusahaan cenderung menunda keputusan investasi baru karena fokus mengelola dampak jangka pendek.

Perdagangan juga dipastikan terpengaruh, meski sulit memprediksi dampaknya. Guncangan permintaan lebih besar dampaknya dari sisi Tiongkok dibandingkan mitradagang. Penurunan impor barang dan jasa diperkirakan lebih besar dibandingkan ekspor.

Namun, S&P memperkirakan ekonomi Tiongkok akan mulai pulih pada tahun depan seiring berakhirnya wabah tersebut. Lembaga tersebuut pun memperkirakan pertumbuhan sebesar 6,4%.

Pada tahun lalu, ekonomi Tiongkok sudah mengalami perlambatan meski belum ada dampak virus corona. Ekonomi Negara Panda ini tumbuh 6,1%, terendah sejak 1992 akibat perang tarif dagang dengan Amerika Serikat.

Namun di tengah meredanya dampak perang dagang lantaran ada kesepakatan dagang tahap I, wabah virus corona muncul pada bulan lalu.

(Baca: BI Sebut Wabah Virus Corona Sebabkan Rupiah Tertekan Selama Sepekan)

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pertumbuhan ekonomi Tiongkok dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setiap perlambatan ekonomi 1% hingga 2% di Tiongkok akan berdampak 0,1% hingga 0,3% terhadap ekonomi Indonesia. 

"Transmisi terhadap ekonomiitu bisa menurun 0,1%-0,3%," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (6/2).

Kondisi tersebut dapat terjadi lantaran Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia. Tiongkok saat ini merupakan negara asal impor dan tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke negara tersebut pada tahun lalu mencapai US$ 25,85 miliar, sedangkan impor mencapai US$ 44,58 miliar.

Selain itu, Tiongkok merupakan investor kedua terbesar di Indonesia dengan nilai investasi tahun lalu US$ 4,7 miliar pada 2.130 proyek. Nilai investasi tersebut naik 99,6% dibanding tahun sebelumnya.

Pemerintah akan terus memantau kondisi di Tiongkok hingga akhir Februari 2020. Ini sejalan dengan langkah evaluasi yang akan dilakukan Negara Ekonomi Terbesar Kedua di Dunia itu terkait dengan wabah virus corona.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...