Sentimen Perang Dagang Masih Positif Dorong Reli Penguatan Rupiah
Respon ini dikeluarkan dalam bentuk penundaan kenaikan tarif pada produk Tiongkok senilai US$250 miliar selama dua minggu. Sehingga pengenaan tarif akan berlaku pada 15 Oktober 2019 dimana awalnya dijadwalkan pada 1 Oktober 2019.
Di Asia, Won Korea Selatan memimpin penguatan sore hari ini sebesar 0,83% terhadap dolar AS. Kemudian disusul dolar Taiwan 0,49%, dolar Singapura 0,15%, baht Thailand 0,13%, rupee India 0,09%, yen Jepang 0,08%, ringgit Malaysia 0,02%, dan yuan Tiongkok 0,01%.
Namun tidak semua mata uang Asia berjaya terhadap dolar AS. Pelemahan kurs terlihat pada dua mata uang Asia yakni dolar Hong Kong sebesar 0,01% dan peso Filipina sebesar 0,12% terhadap dolar AS.
(Baca: ECB Sepakati Stimulus Besar Ekonomi, Mayoritas Mata Uang Asia Perkasa)
Mengutip akun twitter resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sejak awal Januari rupiah masih dalam posisi apresiasi. Terhitung pada tanggal 12 September 2019, rupiah terapresiasi 2,83% secara tahun kalender.
Apresiasi rupiah sejak Januari nyatanya lebih baik dari mata uang Filipina yang hanya terapresiasi 1,22% secara tahunan. Sementara ringgit Malaysia terus terdepresiasi 0,76% dari awal tahun, dan dong Vietnam juga tercatat terdepresiasi 0,11%.