Kondisi Politik Memanas, Rupiah Tembus Lagi ke Rp 14.500 per Dolar AS
Dari luar negeri pun tak banyak kabar positif. Isu perang dagang antara AS dan Tiongkok masih menjadi faktor penekan perekonomian global. Dolar AS cenderung menguat dibandingkan mata uang negara lainnya. Dolar Singapura melemah 0,11%, yen Jepan turun 0,03%, yuan Tiongkok negatif 0,10%, dan ringgit Malaysia anjlok 0,23%.
Josua mengatakan, pasar juga bereaksi negatif setelah tadi malam menerima kabar mengejutkan dari Gubernur Bank Sentral AS, The Fed, Jerome Powell. Powell menyebut kenaikan tingkat utang korporasi AS saat ini perlu diawasi dengan ketat. Namun, ia memastikan stabilitas keuangan negara itu tetap terjaga.
Pelaku pasar saat ini menanti kebijakan suku bunga The Fed yang kemungkinan besar tetap mempertahankannya di level 2,25-2,5%. “Kalau masih dovish (konservatif), tekanan rupiah akan berkurang,” kata Josua. Ia memperkirakan rupiah dalam sepekan akan bergerak di kisaran Rp 14.450-Rp 14.550 per dolar AS.
(Baca: KPU Umumkan Kemenangan Jokowi, IHSG Menguat 0,75%)
Menurut dia, sebagai negara berkembang, Indonesia tidak bisa intervensi apa yang terjadi di perekonomian global. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia harus memberikan kepercayaan diri terhadap pelaku pasar kondisi ekonomi domestik masih baik.
Ia melihat rupiah masih jauh atau undervalued dari sisi fundamental. Defisit neraca dagang dan fiskal terjaga di bawah ekspektasi. “Harusnya rupiah akan cenderung menguat,” ujarnya. Untuk pergerakannya hari ini, Josua memperkirakan rupiah ditutup di level Rp 14.500 per dolar AS.