BI Kerek Bunga Acuan Jadi 6% Buat Amankan Defisit Transaksi Berjalan
Sejalan dengan kenaikan bunga acuan, BI mengerek suku bunga simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) sebesar 0,25% masing-masing ke level 5,25% dan 6,75%.
(Baca juga: Aliran Masuk Dana Asing dan Penguatan Rupiah Diuji Jelang Akhir Tahun)
Adapun keputusan BI menaikkan bunga acuan di luar prediksi para ekonom. Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) Febrio Kacaribu memproyeksikan bunga acuan tetap seiring pergerakan positif nilai tukar rupiah beberapa waktu belakangan.
Ia memprediksikan kenaikan bakal dilakukan bila bank sentral AS meningkatkan bunga acuannya pada Desember mendatang. "(Kenaikan) Desember, bukan sekarang karena sekarang sudah mulai stabil kondisinya (nilai tukar rupiah)," kata dia beberapa waktu lalu.
Setali tiga uang, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan juga memprediksikan BI tidak akan mengerek bunga acuannya sampai Fed Fund Rate naik. Perkiraan tersebut dengan mempertimbangkan arus masuk dana asing (capital inflow) yang masih terjadi serta kondisi rupiah yang stabil.
Melebarnya Pelebaran defisit transaksi berjalan dinilainya tidak akan memaksa BI untuk mengerek bunga acuan demi meredam tingginya impor imbas aktivitas ekonomi. Sebab, kenaikan defisit transaksi berjalan sudah diperhitungkan sebelumnya.