Malaysia Diramal Jadi Negara Maju 2024, Bagaimana Peluang Indonesia?

Rizky Alika
24 Oktober 2018, 15:59
Gedung pertumbuhan
Arief Kamaludin|KATADATA

Sementara ini, Fithra menjelaskan, 70% dari jumlah tenaga kerja merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ke bawah. Latar belakang pendidikan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja pada sektor industri. Sementara itu, kurikulum pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak terlalu terkait dengan sektor industri. "Hal ini jadi hambatan kita buat jadi negara maju dalam waktu dekat," ujar dia.

Adapun pada 2025 hingga 2030, Indonesia mengalami bonus demografi, yaitu penduduk dengan usia 15-64 tahun atau usia produktif lebih dominan dibandingkan dengan jumlah penduduk tidak produktif. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan jumlah penduduk usia produktif pada periode tersebut mencapai 64% dari total populasi yang diproyeksikan mencapai 297 juta jiwa.

Bila bisa dikelola dengan baik, bonus demografi ini bisa menjadi kunci bagi Indonesia untuk menjadi negara maju. Di sisi lain, ia meragukan Malaysia bisa mencapai high income pada 2024 lantaran tidak memiliki angkatan kerja dalam jumlah besar untuk menopang industri.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga menyampaikan pendapat senada. Menurut dia, perlu kerja yang lebih keras untuk naik level. Bila pertumbuhan ekonomi rata-rata bisa mencapai 5,6% per tahun, Indonesia diprediksi bisa naik level menjadi negara maju pada 2045 dengan pendapatan per kapita di atas 10 ribu. 

(Baca juga: 4 Tahun Jokowi, Menko Darmin: Pertumbuhan Ekonomi Naik Pelan-pelan)

Indonesia bisa saja naik level lebih cepat yaitu di tahun 2040 jika pertumbuhan ekonomi bisa digenjot lebih tinggi yaitu mencapai 6,4%. Namun, untuk mencapai ini, Indonesia harus kerja sangat keras. Perry menjelaskan, kontribusi SDM terhadap perekonomian perlu ditingkatkan, begitu juga dengan rasio investasi riil. "Itu indikator untuk menaikkan jadi higher income," ujarnya.

Adapun peluang yang dapat dilakukan hingga 2030 adalah mengandalkan pola hidup dengan tingkat saving (tabungan) lebih rendah, konsumsi tinggi, dan permintaan (demand) yang besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tenaga kerja terdidik perlu ditingkatkan di tengah bonus demografi. Peluang berikutnya adalah pengembangan ekonomi digital. Di sisi lain, Indonesia harus bisa menghadapi tantangan terhadap perekonomian ke depan yang terutama berasal dari dinamika ekonomi global.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...