Tekanan Rupiah Berlanjut, Sri Mulyani Yakin Ekonomi 2019 Tumbuh 5,3 %

Rizky Alika
14 September 2018, 11:11
Katadata 6
Katadata
Menteri Keuangan, Sri Mulyani pada acara Katadata Forum dan peluncuran logo baru Katadata di Jakarta, Selasa, (08/05).

Pemerintah cukup optimistis dengan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2019 sebesar 5,3 persen. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada kemungkinan tekanan dari berbagai sudut sehingga proyeksinya bisa ke bawah atau downside risk menjadi 5,15 persen.

Menurutnya, penurunan pertumbuhan terjadi karena ada gejolak global yang masih berlanjut pada tahun depan. “5,3 persen dianggap cukup realistis namun ada downside risk,” kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi Keuangan di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (13/9).

Dalam pertemuan World Economic Forum (WEF) di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9), Presiden Joko Widodo juga menyinggung ekonomi dunia yang masih begitu runyam. Dia menganalogikan kondisi saat ini dengan film produksi Marvel yaitu “Infinity War” atau perang tak terbatas. Dalam kisah tersebut ada sosok Thanos yang mengancam pemusnahan setengah ekonomi dunia.

(Baca juga: Tiga Perang yang Akan Menekan Ekonomi Global)

Menurutnya, “Infinity War” dalam konteks sekarang adalah perang dagang yang harus dicegah menjadi perang dagang yang tak terbatas. Jokowi meminta semua pihak belajar dari sejarah perekonomian dunia. Sebab, dengan kreativitas, energi, kolaborasi, dan kemitraan, dunia akan menikmati kelimpahan.

Efek dunia yang masih tak menentu inilah, menurut Sri Mulyanai, menyeret pelemahan rupiah berlanjut pada tahun depan sehingga mempengaruhi kinerja impor dan ekspor -saat ini posisi rupiah berkisar di level 14.800 per dolar Amerika Serikat. Kinerja ekspor dan impor akan berdampak pada defisit transaksi berjalan yang memicu sentimen bagi investor dalam menentukan arah bisnis mereka.

(Baca: Ekonomi 2019 Diramal Membaik, BI Optimistis Rupiah Kembali ke 14.300)

Di sisi lain, pelemahan rupiah juga diperkirakan membawa dampak pada penurunan impor. Berkurangnya impor konsumsi ini akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Padahal, investasi dan konsumsi merupakan motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi. 

Namun demikian, pemerintah akan mendorong ekspor sehingga defisit transaksi berjalan terjaga. Dengan demikian, investasi tidak akan terpengaruh oleh defisit transaksi berjalan. Sementara itu, investasi diharapkan tumbuh di atas 7 persen. 

Adapun, konsumsi rumah tangga diyakini mampu memenuhi porsi sampai dengan 56 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Adapun, tantangan untuk memacu pertumbuhan ekonomi tetap datang dari aktivitas ekspor dan impor.

Sri Mulyani menargetkan kenaikan ekspor pada tahun depan sebesar 6,6 persen atau naik dibandingkan target pertumbuhan tahun ini 5,1 persen. Untuk pertumbuhan impor 2019 diperkirakan mencapai 7,4 persen, lebih tinggi daripada target tahun ini 4,5 persen.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...