Plus Minus Bank Menumpuk Dana di Surat Utang Negara

Agustiyanti
22 Oktober 2020, 06:30
surat utang negara, kepemilikann asing, kepemilikan bank
Nattapong Boonchuenchom/123rf
Ilustrasi. Kepemilikan perbankan di surat utang negara hingga 20 Oktober 2020 mencapai Rp 1.354,57 triliun, naik 132,8% dari posisi akhir tahun lalu.

Ekonom Institut Kajian Stragetis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi menjelaskan nilai surat utang negara yang diperdagangkan sebenarnya naik sejak awal tahun. Namun, suplai surat utang pemerintah yang meningkat lebih banyak diserap oleh perbankan yang membutuhkan penempatan dana.

"Penurunan porsi kepemilikan asing dan naiknya porsi perbankan sebenarnya memberikan kesempatan untuk Indonesia memperbaiki komposisi kepemilikan SUN," kata Eric kepada Katadata.co.id, Rabu (21/10).

Porsi kepemilikan asing yang terlalu besar, menurut Erick, selama ini juga membuat rupiah berisiko jika terjadi aliran dana asing keluar dari SUN.

Meski demikian, Erick menjelaskan kenaikan kepemilikan surat utang negara oleh perbankan menunjukkan masih rendahnya perbankan dalam menyalurkan kredit.

"Kredit saat ini sulit tumbuh karena permintaan lemah sejalan dengan kondisi perekonoamian. Oleh karena itu, sebagian dana ditempatkan perbankan di SBN," ujar Erick kepada Katadata.co.id, Rabu (21/10).

Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit hingga September hanya tumbuh 0,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyaluran kredit ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang masih tercatat tumbuh 1,04%.

Di sisi lain, dana pihak ketiga justru tumbuh 12,88%, lebih tinggi dibandingkan Agustus yang tercatat 11,64%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, lambatnya penyaluran kredit disebabkan oleh perbankan yang lebih berhati-hati terkait risiko dan permintaan kredit yang lemah. Namun, faktor permintaan yang lemah dinilai lebih berpengaruh besar.

"Intermediasi perbankan ke depan diperkirakan akan membaik sejalan dengan prospek perbaikan kinerja korporasi dan pemulihan ekonomi domestik," ujar Perry pada pekan lalu.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai DPK yang terus meningkat mengindikasikan masyarakat masih memilih untuk menyimpan uangnya ketimbang melakukan aktivitas konsumsi di tengah ketidakpastian akibat pandemi.

"Kalau hitungan kami secara industri, DPK tahun ini bisa tumbuh di atas 8%, padahal kredit maksimal hanya 1,5%," ujar Andry dalam acara Bincang APBN 2021, Selasa (13/10).

Selain karena simpanan perbankan yang meningkat, kenaikan DPK juga sebenarnya ditopang oleh pelonggaran likuiditas yang dilakukan BI dan penempatan dana pemerintah. Pemerintah telah menempatkan dana pada tiga bank BUMN senilai Rp 30 triliun, serta tujuh BPD dan bank syariah sebesar Rp 11,5 triliun.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...