BI Waspadai Pelemahan Rupiah Akibat Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Indeks dolar AS saat ini, menurut dia, berada pada tingkat terendah dan cenderung terus melemah. "Ini memberikan keleluasaan bagi nilai tukar di negara-negara emerging market," ujar dia.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyebutkan bahwa imbal hasil obligasi RI tenor 10 tahun terlihat menurun 8 basis poin menjadi 6,57% di tengah tren kenaikan yield surat utang Negeri Paman Sam. Adapun imbal hasil obligasi AS naik 13 bps dalam satu pekan ini.
Dia menilai bahwa perekonomian AS memang membaik tetapi memberikan sinyal campuran. Hal tersebut sejalan dengan PMI Manufacturing yang mencatatkan nilai 58,5 pada Januari 2021, lebih rendah bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 59,2. "Sementara PMI Service naik dari 58,3 menjadi 58,9," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Rabu (24/2).
Meski begitu, rupiah berhasil menguat dipengaruhi ekspektasi pasar terhadap pidato Powell di Kongres kemarin malam. Ia mengatakan bahwa kebijakan Fed belum akan menaikkan suku bunga dan termasuk akan melanjutkan pembelian obligasi. Hal itu mengonfirmasi kembali pernyataan Powell sebelumnya yaitu The Fed masih akan mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif.
Selain itu, lanjut Josua, perkembangan stimulus fiskal AS saat ini akan ditentukan oleh voting kongres dalam minggu ini sehingga mendorong membaiknya sentimen aset keuangan negara berkembang. "Tren kenaikan harga komoditas global terutama harga minyak mentah turut mendorong penguatan mata uang negara penghasil komoditas," kata dia.