Baru Pekan Pertama 2022, Modal Asing Kabur Sudah Capai Rp 1,7 Triliun

Abdul Azis Said
7 Januari 2022, 19:37
modal asing, saham, obligasi
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).

Perkiraan itu mengarah pada kemungkinan pengurangan hampir US$ 9 triliun aset yang dipegang The Fed.

Selain sentimen pengetatan moneter The Fed, Ibrahim mengatakan kebijakan pemerintah melarang ekspor batu bara juga menimbulkan sentimen koreksi, namun hanya sementar.

Kendati demikian, efeknya mulai mereda setelah pemerintah mulai mengklarifikasi sumber persoalan dibalik kebijakan tersebut.

"Kemarin memang sempat negatif, tapi respon pasar itu sebenarya sudah positif yang dibuktikan oleh emiten-emiten saham positif semua setelah ada penjelasan dari Menteri BUMN, negatifnya hanya di awal-awal saja," kata Ibrahim.

Rupiah anjlok dalam terutama di awal pekan ini. Kurs garuda jatuh ke Rp 14.371 per dolar AS di penutupan hari Rabu (5/1), kemudian puncakya di Rp 14.391 pada perdagangan kemarin, dan berbalik menguat pada hari ini.

 Kementerian ESDM melarang ekspor atau penjualan batu bara ke luar negeri sementara selama satu bulan.

Kebijakan ini dikeluarkan dalam rangka menjaga pasokan batu bara untuk pembangkit domestik yang mulai menipis.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat menyinggung salah satu penyebab kondisi tersebut karena ketentuan soal domestik market obligation (DMO) yang tidak berjalan maksimal.

Meski demikian, Ibrahim juga mengatakan sentimen positif datang dari optimisme pasar terhadap pengelolaan keuangan pemerintah.

"Pelaku pasar optimis bahwa pemerintah masih sanggup membayar utang plus bunganya. Sebagai tolak ukurnya adalah pertumbuhan ekonomi yang terus menggeliat," kata Ibrahim.

Adapun utang pemerintah sampai dengan November mencapai RP 6.713,24 triliun, naik Rp 25,96 triliun dalam sebulan.

Kendati demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sebuah acara beberapa hari lalu juga memastikan bahwa posisi utang tersebut tentu bisa dibayar.

Selain itu, awal pekan ini pemerintah juga melaporkan defisit APBN tahun 2021 dalam laporan sementara menunjukkan penurunan. Defisit APBN sebesar Rp 783,7 triliun atau 77,9% dari target. Rasionya terhadap PDB yakni 4,65% atau lebih kecil dari target 5,7%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...