Ada Lonjakan Omicron, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Diramal 5%

Abdul Azis Said
6 Mei 2022, 11:34
Pertumbuhan ekonomi, inflasi, makro ekonomi, ekspor, investasi, konsumsi, covid-19, omicron
ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/nz
Pengunjung memmilih batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Kamis (5/5/2022). Sejak Rabu (4/5) Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta kembali membuka Pasar Beringharjo bagian barat hingga malam hari menyusul adanya pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Kota Yogyakarta.

Josua juga menambahkan, kinerja ekspor yang tumbuh 35,9% secara kumulatif dalam tiga bulan pertama tahun ini akan menopang pertumbuhan ekonomi. Tetapi, konsumsi pemerintah justru cenderung melambat, dan diperkirakan hanya tumbuh 1,52%. Hal itu terindikasi dari realisasi belanja pemerintah yang terkontraksi 10,3% sepanjang kuartal I-2022, terutama karena penurunan belanja modal dan barang. 

Senada dengan Josua, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan konsumsi rumah tangga dan investasi akan menopang pertumbuhan ekonomi sementara konsumsi pemerintah akan terkontraksi. Ia memperkirakan perekonomian di kuartal I 2022 akan tumbuh 4,95% YOY.

"Pemulihan permintaan domestik terlihat terus membaik didukung oleh meningkatnya mobilitas masyarakat di tengah pelonggaran PPKM dan meluasnya vaksinasi, dampak dari pengetatan jangka pendek PPKM pada Februari karena lonjakan kasus varian Omicron akan terbatas," kata Faisal dalam risetnya.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,7%-5% YOY karena IKK yang masih optimis dan penjualan ritel yang terus tumbuh. Investasi diperkirakan tumbuh 5,2%-5,5% YOY tercermin dari konsumsi semen dan impor barang modal yang menunjukkan perbaikan. Sementaar konsumsi pemerintah diperkirakan terkontraksi 2% sejalan dengan agenda konsolidasi fiskal dengan berkurangnya stimulus untuk dukungan sosial dan kesehatan.

Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% untuk keseluruhan tahun ini, lebih tinggi dari 3,69% tahun lalu, terutama ditopang oleh konsumsi yang menguat seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Pemulihan dari sisi permintaan ikut mendorong kegiatan produksi dan investasi. Kenaikan harga komoditas akan mendukung kinerja ekspor.

Sementara itu, ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I di kisaran 4,85%. Kinerja aktivitas ekonomi dan performa neraca perdagangan masih baik terlepas dari adanya disrupsi akibat Covid-19 varian Omicron di awal tahun.

"Faktor pull dari sisi permintaan telah mendorong naiknya daya beli seiring meningkatnya aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, dan pecahnya pent-up demand. Di sisi lain, faktor push dari peningkatan harga bahan baku menekan daya beli masyarakat," kata Riefky.

Namun, ia menyebut memasuki 2022 memang Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan baik internal maupun eksternal. Kombinasi dari tekanan tersebut telah memicu risiko inflasi di tengah pemulihan ekonomi. Tetapi dia masih optimistis perekonomian bisa tumbuh di kisaran 5% untuk keseluruhan 2022.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...