Kucuran Kredit Baru Bank Cina Catatkan Rekor, Capai Rp 10,6 Kuadriliun

Mela Syaharani
11 Februari 2024, 12:46
Cina
ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/HP/sa.
Tingshu Wang Orang-orang berseluncur di danau beku yang telah diubah menjadi gelanggang es, ditengah wabah virus corona (COVID-19), di Beijing, Cina, Sabtu (16/1/2021).
Button AI Summarize

Kucuran kredit baru perbankan Cina mengalir deras dan mencatatkan rekor baru pada Januari 2024. Berdasarkan data People's Bank of Cina (PBOC), pinjaman yang disalurkan perbankan mencapai US$ 683,7 miliar atau setara Rp 10,67 kuadriliun (Kurs: Rp 15.611/US$).

Dilansir dari Reuters, Minggu (11/2), angka ini melebihi ekspetasi dan merupakan rekor tertinggi, serta mengalami kenaikan tajam dibandingkan bulan sebelumnya. Kucuran kredit bank Cina tersebut melonjak lebih dari empat kali lipat dan melampaui rekor sebelumnya.

Adapun peningkatan tersebut terjadi karena bank sentral Cina memutuskan untuk menopang ekonomi yang kurang menentu, memperkuat ekspektasi agar mendatangkan lebih banyak stimulus dalam beberapa bulan mendatang.

Regulator Cina berjanji untuk meluncurkan kebijakan stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca Covid-19 yang lebih lemah dari yang diperkirakan. Di samping itu, Cina juga sedang mengalami krisis properti hingga penurunan pasar saham yang berkepanjangan.

Di sisi lain, perbankan atau pemberi pinjaman di Cina cenderung menyalurkan kredit pada awal tahun untuk mendapatkan nasabah yang lebih berkualitas dan memenangkan pangsa pasar. Para analis yang disurvei Reuters telah memperkirakan, kredit baru tersebut akan naik menjadi 4,50 triliun yuan pada Januari 2024.

"Pinjaman bank di Januari lebih besar dibandingkan yang diperkirakan. Hal ini akan mendukung ekonomi riil," kata seorang ekonom di Huajin Securities, Luo Yunfeng.

Dibayangi Pelemahan Ekonomi Cina

Lou menyebut, ke depan akan terjadi sedikit pelonggaran kebijakan moneter. Bank-bank di Cina telah mencatatkan rekor kredit baru sebesar 22,75 triliun yuan pada tahun lalu, atau naik 6,8% dari 2022.

Akan tetapi, secara tahunan, pertumbuhan pinjaman tersebut mengalami penurunan ke level terendah lebih dari 20 tahun terakhir. Sebab, prospek ekonomi Cina yang lemah membuat konsumen dan perusahaan tidak berminat untuk mengambil lebih banyak utang.

Ekonomi Cina tumbuh 5,2% pada 2023 atau telah memenuhi target yang ditetapkan. Namun, kinerja pemulihan ekonomi Cina jauh lebih goyah daripada yang diperkirakan banyak analis dan investor. Hal ini diperparah dengan krisis properti yang semakin dalam, risiko deflasi yang meningkat, serta permintaan yang lemah membayangi prospek tahun ini.

Bank sentral mengatakan, mereka akan menjaga kebijakan tetap fleksibel dan tepat untuk memacu permintaan domestik, sambil menjaga stabilitas harga, di tengah pemulihan ekonomi yang tidak merata dan risiko deflasi yang terus-menerus.

"Mengingat, deflasi yang semakin dalam dan sentimen yang suram, kami terus memperkirakan dua pemangkasan suku bunga kebijakan dan dua pemangkasan rasio cadangan wajib (RRR) lagi, sepanjang sisa tahun ini," tulis analis Goldman Sachs dalam risetnya.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...