Kriteria Menkeu Pengganti Sri Mulyani di Kabinet Baru, Ini Kata Ekonom
Kedua, efektivitas belanja pemerintah, terutama belanja pembangunan. Belanja pembangunan harus dipastikan benar-benar produktif dan bisa memberikan dorongan multiplier effect terhadap perekonomian.
"Artinya, kontribusi belanja pembangunan kepada PDB tak hanya berupa input, tapi outputnya juga. Harus ada imbas produktifnya kepada perekonomian,” katanya.
Ketiga, meningkatkan investasi. Incremental Capital Output Ration (ICOR) Indonesia dinilai Ronny masih sangat tinggi karena cost investment juga tinggi, terutama karena pungutan liar, korupsi, pembebasan lahan yang sulit, dan mahalnya biaya energi untuk industri.
“Semua ini harus dibenahi, agar investasi riil mudah masuk,” ujarnya.
Pada tahun 2021, ICOR Indonesia tercatat berada di level 8,16% dan turun menjadi 6,2% pada 2022. Artinya, setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi 1% membutuhkan peningkatan investasi infrastruktur sebesar 6,25% pada 2022.
ICOR ini mencerminkan besaran tambahan kapital (investasi) yang dibutuhkan untuk menaikkan satu unit output dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Jika semakin kecil angka ICOR, maka semakin efisien biaya investasinya.
Banyak faktor yang membuat nilai ICOR Indonesia masih tinggi, mulai dari faktor sarana infrastruktur yang kurang memadai, ruwetnya birokrasi, ongkos produksi, daya saing pasar tenaga kerja hingga tingginya biaya logistik.