Cadangan Devisa RI Diprediksi Turun Akibat Pelemahan Rupiah

Ferrika Lukmana Sari
18 April 2024, 05:05
cadangan devisa
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020).

BI juga akan memperkuat strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Hingga 19 Maret 2024 lelang Sekuritas Rupiah BI (SRBI) mencapai Rp 409,38 triliun guna mendukung pendalaman pasar uang dan aliran modal asing masuk ke dalam negeri. Sementara posisi Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI) masing-masing sebesar US$ 2,31 miliar, dan US$ 387 juta.

BI Diminta Kelola Aliran Modal Asing Keluar

Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo mendesak pemerintah, untuk segera mengelola aliran modal asing keluar (capital outflow) demi mengantisipasi dampak dari konflik Iran-Israel terhadap perekonomian nasional.

“Secara bersama-sama, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus memonitor capital outflow untuk memastikan cadangan devisa yang cukup,” kata Arianto.

Pemerintah juga diminta untuk mengendalikan inflasi, karena ada potensi kenaikan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasokan dunia yang disebabkan oleh konflik yang terjadi di wilayah sekitar Terusan Suez tersebut.

Selain itu, pemerintah juga sebaiknya tidak agresif dalam merealisasikan rencana-rencana pembangunan yang berasal dari utang. Pemerintah dapat mengelola anggaran secara cermat agar tidak terjadi defisit yang lebih besar.

Untuk itu, Arianto berharap Bank Indonesia menerapkan strategi pengendalian suku bunga dan nilai tukar yang mampu membuat pelaku pasar menjadi tenang. “Hal ini penting untuk menjaga stabilitas sistem keuangan,” ujarnya.

Kemudian meminta pemerintah dan Bank Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dengan entitas internasional lain untuk mencegah dampak yang lebih signifikan jika terjadi eskalasi konflik yang lebih luas. 

“Kerja sama dan koordinasi luar negeri perlu diperkuat untuk saling memantau dan membantu bila kondisi makin memburuk,” ujar Arianto.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...