Sri Mulyani Waspadai Pertumbuhan Ekonomi Dunia Bakal Stagnan di 2024

Ferrika Lukmana Sari
2 Agustus 2024, 13:56
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) berbincang dengan Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa (kanan) se
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) berbincang dengan Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa (kanan) sebelum menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). KSSK melaporkan stabilitas sistem keuangan pada triwulan II 2024 masih terjaga di tengah peningkatan tekanan ge
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia bakal stagnan di 2024. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan mematok angka pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,2% pada 2024, atau lebih rendah dari 2023 sebesar 3,3%.

Dia mengingatkan pernyataan Managing Director IMF Kristalina yang menyebut 2023 sebagai tahun yang gelap. Maka proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2% pada 2024 cenderung lebih lemah dari tahun sebelumnya.

"Bahkan lebih lemah dibandingkan tahun lalu yang sudah dianggap sebagai tahun yang sebetulnya stagnan lemah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (2/8).

Pertumbuhan ekonomi global akan ditopang Amerika Serikat (AS), sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar dan menunjukkan resiliensi yang baik, terutama didorong oleh permintaan domestik.

Inflasi AS juga menunjukkan penurunan, sejalan dengan menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan. Kondisi ini memberikan harapan atas arah kebijakan The Fed, di mana Fed Fund Rate (FFR) diproyeksi akan turun lebih cepat dari proyeksi sebelumnya.

“Sebelumnya diperkirakan terjadi pada akhir tahun 2024. Saat ini, muncul harapan bahwa penyesuaian FFR akan dilakukan sebelum akhir tahun 2024,” ujar Sri Mulyani.

Ekonomi Cina Melemah

Sementara itu, perekonomian Cina masih lemah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah target 5%. Melemahnya perekonomian Cina dipengaruhi oleh konsumsi dan investasi yang masih lemah dan tekanan sektor properti yang masih berlanjut.

Meski begitu, Indonesia menunjukkan kinerja konsumsi dan investasi yang tetap terjaga sepanjang triwulan I, dan diperkirakan trennya terus berlanjut pada triwulan II 2024. 

“Kami perkirakan konsumsi rumah tangga dan investasi masih menjadi faktor yang memberikan kontribusi yang baik,” ujarnya.

Optimisme itu ditopang oleh kinerja ekspor yang diperkirakan meningkat, terutama ekspor produksi manufaktur dan pertambangan. Negara mitra dagang utama untuk sektor ini ialah Cina dan India. Meski perekonomian Cina masih lemah, pertumbuhan ekonomi India relatif tinggi.

“Kita diuntungkan bahwa India memiliki pertumbuhan ekonomi yang sehat dan relatif tinggi,” ujarnya.

Menimbang berbagai kondisi itu, KSSK memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2024 berada di atas 5%. Dibarengi proyeksi stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah gejolak perekonomian global.

“Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah peningkatan tekanan di pasar keuangan global dan seiring dengan ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik yang masih tinggi,” katanya.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...