PLTU Sumsel-8 Terapkan Teknologi Supercritical demi Tekan Emisi Karbon
PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai konsorsium pelaksana proyek PLTU Sumsel 8 bakal menerapkan teknologi supercritical bernama flue gas desulphurization (FGD) untuk menekan emisi gas rumah kaca pembangkit listrik berbahan bakar batu bara ini saat memproduksi listrik.
Sebab, ketika beroperasi nanti, PLTU ini akan mengonsumsi sekitar 5 juta ton batu bara per tahun. Sehingga teknologi ini dibutuhkan untuk meminimalkan sulfur dioksida dari emisi gas buang demi mencapai target netralitas karbon. Nantinya, batu bara akan dipasok dari IUP Bangko di wilayah tambang PTBA di Tanjung Enim.
"FGD merupakan proses pencampuran emisi gas hasil pembakaran batubara dengan zat pengikat berupa kapur basah agar kandungan sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer menjadi rendah," kata Deputi General Manager HBAP Gusti Anggara dalam keterangan tertulis, Rabu (17/11).
Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan total emisi karbon dioksida (CO2) mencapai 33,9 gigaton (Gt) sepanjang 2020. Sebanyak 13,5 Gt di antaranya berasal dari listrik dan pemanas, menjadi yang paling banyak dibandingkan sumber lainnya. Simak databoks berikut: