Pabrikan berlogo tiga elips itu juga menghadirkan special exhibition e-Palette yang merupakan kendaraan otonom masa depan yang dapat digerakkan dengan baterai. Kendaraan berteknologi canggih itu telah dilengkapi teknologi CASE (Connected, Autonomous, Shared, Electric).

Nissan pun hadir dengan tipe All-New Nissan LEAF dan Nissan Kicks. Untuk tipe yang pertama, penjualannya telah mencapai 500 ribu unit secara global. 

Sedangkan Nissan Kicks memakai teknologi e-Power. Pengguna dapat menikmati kendaraan listrik ini sepenuhnya, Tanpa perlu mengisi daya eksternal.

Terakhir, ada Morris Garage (MG) asal Inggris yang memperkenalkan station wagon listrik pertamanya, MG 5 EV. Kendaraan ini memiliki daya tempuh 380 kilometer dalam kondisi daya baterai penuh.

Infografik_Skenario Tekan Emisi Melalui Mobil Listrik
Infografik_Skenario Tekan Emisi Melalui Mobil Listrik (Katadata)

Butuh Insentif untuk Mobil Listrik

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut penggunaan kendaraan listrik merupakan wujud komitmen pemerintah dalam menurunkan tingkat emisi karbon pada 2030. 

Targetnya, seluruh kendaraan bermotor akan menjadi EV pada 2060. Di saat yang sama, menurut dia, sektor baterai akan naik signifikan. “Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 gigawatt hour (GWh). Di Indonesia kebutuhannya mencapai 9,8 sampai 11,9 GWh pada 2029 sampai 2030,” ucap Luhut. 

Indonesia berpotensi menjadi hub rantai pasok global kendaraan listrik. Negara ini memiliki sumber bahan baku pembuatan baterai yang melimpah, termasuk nikel, bauksit, dan tembaga. 

Namun, butuh investasi masif untuk membangun ekosistem kendaraan listrik. Pembangunannya dari hulu ke hilir, Luhut mengatakan, sangat kompleks dan besar. Mulai dari bahan baku, manufaktur, infrastruktur pengisian daya (charging) hingga pabrik daur ulang baterai. 

Saat ini pabrik sel baterai kendaraan listrik mulai dibangun di Indonesia, bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG. Kapasitasnya 10 GWh dengan investasi US$ 1,1 miliar atau Rp 15,9 triliun. 

Pembangunan pabrik tersebut merupakan bagian dari proyek konsorsium perusahaan pelat merah, bernama PT Indonesia Battery Corporation (IBC), senilai US$ 9,8 miliar. "Investasi hijau adalah fondasi utama untuk mencapainya," katanya.

Kabar terakhir, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan proses pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik kedua akan terlaksana pada Desember 2021. IBC akan bekerja sama dengan produsen baterai asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL).

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad berpendapat, negara ini mampu menguasai industri mobil listrik global. “Karena memiliki bahan baku, kita punya daya saing,” ujarnya. 

Selain itu, pemerintah telah membentuk IBC yang merupakan gabungan Indonesia Asahan Alumunium (Persero)/Inalum alias MIND ID, Pertamina, PLN, dan Aneka Tambang (Antam). Ada pula peta jalan infrastruktur mobil listrik.

Namun, pemerintah, menurut dia, harus lebih banyak memberikan dukungan kepada sektor ini, misalnya insentif fiskal. Sebab, kalau tidak, industri EV dalam negeri tidak dapat berkembang.

Ketua Tim Percepatan Industri Nasional Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan, pengembangan EV menjadi cara untuk memenuhi kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi tentang perubahan iklim alias COP26 di Glasgow, Inggris, beberapa waktu lalu.

Sektor transportasi selama ini menyumbang emisi karbon sangat besar karena berbahan bakar energi fosil, yaitu minyak bumi. Hal tersebut berkontribusi besar terhadap pemanasan global yang sedang terjadi pada bumi. “Karena itu, kendaraan listrik dapat menjadi solusi,” kata Satryo, dikutip dari Antara.

Akselerasi program mobil listrik dapat menurunkan emisi karbon secara signifikan. Bahkan, bukan tidak mungkin target net zero karbon pada 2060 bisa dicapai.

Melihat kondisi Amerika Serikat, produsen besar mobil listriknya, yaitu Tesla, sudah menyiapkan 25 ribu stasiun pengisian listrik super cepat. Senat di sana juga telah menyetujui anggaran US$ 7,5 miliar untuk mempercepat peningkatan kapasitas pengisian listrik.

Satryo mengatakan, mengacu pada kondisi tersebut, maka infrastruktur listrik menjadi penting. Dengan begitu, apabila pabrik mulai berproduksi, stasiun pengisian listrik sudah tersedia dan masyarakat tidak perlu khawatir.

Yang tak kalah penting pula adalah insentif bagi para pemilik mobil listrik, mungkin dalam bentuk pajak. “Sehingga harganya bisa terjangkau, dan masyarakat punya minat untuk membeli, dan berdampak positif terhadap industrinya," kata dia.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi , Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement