Menurut dia, risiko yang membayangi Garuda dalam menjalankan PKPU ini yakni jika kreditur dan debitur sama-sama berkeras hati sehingga menemui jalan buntu dalam mencapai kesepakatan. "Deadlock ini di PKPU berimplikasi pada kepailitan," katanya.

Gatot Raharjo juga menilai, risiko setiap perundingan restrukturisasi yang gagal adalah pailit bagi Garuda. Tapi pailit bukan berarti bangkrut. Jika pailit, aset Garuda dihitung untuk membayar utang. Kalau masih ada sisa, berarti Garuda masih bisa hidup.

Setiap perusahaan yang melakukan restrukturisasi sudah pasti tahu risiko tersebut. "Seharusnya Garuda sudah mempersiapkan langkah-langkah antisipasi bila terjadi pailit," kata Gatot.

Alvin Lie mengatakan, kalaupun terjadi kesepakatan damai namun Garuda tetap tidak melaksanakan kewajibannya, Garuda akan berstatus pailit. "Risikonya itu, ketika sudah diputuskan tapi tidak dapat dilaksanakan, debitur akan pailit," katanya.

Menanti Nasib Proposal Restrukturisasi Garuda

Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra mengatakan, proposal restrukturisasi sudah dirampungkan dan sudah diajukan kepada kreditur. Meski kreditur belum merespons secara formal, Irfan mengatakan kreditur menyambut positif proposal tersebut.

"Apa yang kami sampaikan itu adalah sebuah proposal yang rasional, masuk akal. Tapi tentu saja respons formal masih kami tunggu," kata Irfan.

Irfan berharap Garuda bisa menerima respons formal dari kreditur dalam waktu dekat agar bisa menjalankan kesepakatan lebih detail secepat mungkin. Dia optimistis, kesepakatan yang didapatkan nanti berbasis kebersamaan antara Garuda dan seluruh kreditur.

Pengamat penerbangan Gatot Raharjo mengatakan, tidak bisa menilai apakah proposal yang diajukan Garuda menarik atau tidak untuk kreditur. Hanya saja, peluang bisnis penerbangan nasional masih sangat bagus meski di tengah pandemi Covid-19.

Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga butuh transportasi penerbangan. "Asal dikelola dengan benar, baik di internal Garuda maupun eksternal seperti aturan soal bisnis penerbangan nasional yang dibuat pemerintah," kata Gatot.

Peluang bisnis yang masih besar ini, seharusnya bisa menarik minat investor untuk tetap bertahan pada bisnis aviasi di dalam negeri. Kreditur bisa mempertimbangkan hal ini untuk menyepakati restrukturisasi Garuda.

Total utang Garuda ditargetkan turun dari US$ 9,78 miliar menjadi US$ 3,69 miliar, dengan cara memperlakukan utang Garuda ke masing-masing tipe kreditur sebagai berikut:

Kreditur 

Perlakuan

Pengurangan Utang 

Utang Pajak dan KaryawanDilunasi secara bertahap0%
Kreditur Secured (EDC)Melalui collateral settlement0%
Obligasi Wajib KonversiDikonversi menjadi ekuitas0%
Himbara, Pertamina, Airnav & GapuraZero Coupon Bond yang diterbitkan Garuda70-85%
Sukuk, KIK EBA, LPEI dan Bank SwastaNew Coupon Debt dan ekuitas di Garuda70-85%
AP 1, AP 2 & Vendor Usaha LainnyaNew Coupon Debt dan ekuitas di Garuda70-85%
Tunggakan & Klaim Kerusahan LessorsNew Coupon Debt dan ekuitas di Garuda70-85%
Pembelian Pesawat yang DibatalkanNew Coupon Debt dan ekuitas di Garuda70-85%
   
Sumber: Paparan Kementerian BUMN di DPR, 9 November 2021

Garuda mengklasifikasikan utang berdasarkan masing-masing tipe kreditur yang dibagi menjadi delapan kelompok. Utang pajak dan karyawan akan dilunasi tanpa ada pengurangan nilai utang. Meski begitu, pelunasan utang ini dilakukan secara bertahap.

Selanjutnya, Garuda tidak mengurangi tingkat utang untuk kreditur secured atau kredit dengan jaminan. Penyelesaian utang ini dilakukan melalui penyelesaian agunan (collateral settlement).

Garuda juga akan menyelesaikan utang dalam bentuk obligasi wajib konversi dengan melakukan konversi menjadi ekuitas. Dengan demikian, tidak ada pengurangan nominal utang dalam pelunasannya.

Utang kepada sejumlah BUMN yaitu, Himpunan Bank Negara (Himbara), Pertamina, Airnav, dan Gapura diselesaikan melalui penawaran zero coupon bond dengan tenor selama 20 tahun. Dengan begitu, utang Garuda kepada sejumlah BUMN ini bisa turun 70%-85%.

Sementara itu, utang kepada operator bandara Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II, termasuk utang vendor usaha, Garuda menawarkan utang dengan kupon baru dan ekuitas di Garuda. Dengan demikian, utang yang berasal dari kreditur tersebut bisa turun 70-85%.

Skema penawaran utang dengan kupon baru dan ekuitas di Garuda juga akan ditawarkan kepada kreditur lainnya agar terjadi pengurangan utang sekitar 70-85%. Krediturnya antara lain, pemegang sukuk, KIK EBA, LPEI, dan bank swasta. Lalu utang tunggakan dan klaim lessors. termasuk pembelian pesawat yang dibatalkan akan diselesaikan dengan skema yang sama.

Selain melakukan restrukturisasi kepada kreditur, utang Garuda akan berkurang dengan sejumlah strategi lain, yaitu pengurangan jumlah pesawat. Armada Garuda dan Citilink akan diturunkan dari 202 pesawat pada 2019 menjadi 134 pada 2022 agar selaras dengan rute yang diterbangi.

Selain mengurangi jumlah pesawat, strategi pengurangan utang dilakukan dengan melakukan negosiasi ulang terkait biaya sewa pesawat. Garuda akan melakukan negosiasi ulang atas kontrak sewa pesawat-pesawat yang masih akan digunakan ke depannya.

Melalui renegosiasi tersebut, biaya sewa pesawat Garuda dan Citilink diharapkan dapat turun sebesar 40%-50% dari nilai tarif saat ini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement