Dengan demikian, produksi padi bisa turun ke 52 juta ton GKG pada 2023. “Sudah barang tentu besar pengaruhnya (El Nino), terutama terhadap produksi padi nasional,” kata dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu pada Kamis (15/6). “Semakin lama kekeringan akan semakin meluas di beberapa tempat.”

Ketika Indonesia menghadapi El Nino dan IOD pada 2019, BPS memperkirakan produksi padi turun 7,7% ke 54,6 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi di tengah cuaca ekstrem. Sawah menghadapi banjir pada awal tahun dan kekeringan selama paruh tahun kedua.

Profesor di universitas yang berbasis di Bogor, Jawa Barat, tersebut telah menerima laporan kekeringan di beberapa wilayah. Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terdapat lebih dari 90 ribu hektare lahan yang gersang.

Petani mungkin tidak bisa menanam padi di lahan yang sudah merekah itu. Hal ini akan merugikan mereka karena gagal menanam. Di sisi lain, para petani belum memiliki perlindungan dari asuransi pertanian.

Padahal produksi padi pada musim panen di Maret 2023 telah naik tipis. Berdasarkan data BPS, produksinya diperkirakan hanya tumbuh 0,53% ke 23,9 juta ton GKG pada periode Januari hingga April 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Dwi menyebut produksi padi pada musim panen pertama pada 2023 mengalami gangguan. Pasalnya, pda akhir 2022 terjadi curah hujan yang tinggi dan banjir. Cuaca yang masih “sangat basah” pada awal 2023 kemudian menurunkan kualitas gabah.

Pemerintah telah mempersiapkan tujuh langkah untuk mengantisipasi El Nino, mulai dari identifikasi lokasi kekeringan hingga dukungan asuransi pertanian. Upaya antisipasi lainnya adalah mempercepat penanaman untuk “mengejar sisa hujan,” kata Syahrul.

Panen raya padi beras merah di Tabanan Bali
Panen raya padi beras merah di Tabanan Bali (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.)

Tekanan Inflasi

Mohammad Faisal dari Center for Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan, penurunan produksi padi diperkirakan akan bermuara ke tekanan inflasi yang lebih tinggi karena mendorong harga pangan ke atas. Tren ini terefleksikan dalam inflasi pada 2019.

“Kurang lebih memang ada tekanan inflasi yang lebih tinggi (dari sisi suplai)” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia itu. “Saya belum melihat ada lonjakan yang luar biasa. Tapi tetap harus sangat waspada karena kejadiannya bukan hanya di Indonesia.”

Pada 2019, BPS melaporkan laju inflasi tahunan untuk komoditas bahan makanan mencapai 4,28% setelah kekeringan yang terjadi di tengah El Nino. Tingkat inflasi itu lebih tinggi dari yang terlihat pada tahun sebelumnya, yaitu 3,41%.

Kali ini, harga pangan termasuk beras telah meningkat sejak awal tahun. Pada Mei 2023, indeks harga konsumen (IHK) untuk makanan, minuman, dan tembakau telah naik 4,27% dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan BPS, beras menjadi salah satu komoditas yang berkontribusi dominan ke inflasi tahunan secara keseluruhan pada Mei 2023.

Dalam catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga beras medium mencapai Rp 12 ribu per kilogram (kg) per 15 Juni 2023. Ini menandai pertumbuhan kira-kira 15% dari tahun sebelumnya.

Untuk menjaga suplai beras, pemerintah telah mengamankan kesepakatan antarpemerintah dengan India terkait pengadaan beras hingga 1 juta ton. Dengan nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani, negara ini dapat mengimpor beras tersebut ketika stok domestik menipis.

“Ini baru MoU untuk (menentukan) harga tetap. Barang (sudah) ada, tapi kita belum membelinya. Kalau butuh, bisa dibeli,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di kantornya, Jakarta Pusat, kemarin.

Di samping itu, perusahaan umum Badan Usaha Logistik (Bulog) telah menerima penugasan untuk mengimpor 2 juta ton beras hingga akhir 2023. Impor ini bertujuan untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) yang idealnya tidak kurang dari 1,2 juta ton.

Halaman:
Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement