Ia melihat persaingan industri otomotif akan semakin ketat apabila pasarnya tak bergerak di level satu juta sedangkan pemainnya bertambah. “Tapi lebih jauh dari itu, sangat mungkin rasio kepemilikan mobil di Indonesia juga akan stuck,” ucapnya.

Dengan jumlah penduduk sekitar 270 jiwa, rasio kepemilikan mobil di Indonesia hanya 99 unit per seribu orang. Sebagai perbandingan, Thailand rasionya 275 mobil per seribu orang, lalu Malaysia 400 mobil per seribu orang. 

Meskipun penjualan mobil Tanah Air yang paling banyak di kawasan Asia Tenggara, secara produksi angkanya masih jauh dibandingkan Thailand. Negeri Gajah Putih telah lama menjadi produsen mobil terbesar di ASEAN dengan fokus pangsa pasar ekspor.  

Melihat angka itu sebenarnya potensi industri otomotif domestik masih sangat besar. Apalagi saat ini berbagai infrastruktur jalan semakin banyak dibangun. Namun, apabila tidak didukung regulasi dan daya beli, akan sangat sulit menembus angka lebih dari satu juta unit per tahun. 

“Sehingga perlu adanya kolaborasi dari seluruh pemain industri otomotif serta stakeholder untuk mendorong market tumbuh positif dan mencapai target 2030 seperti dicanangkan pemerintah,” kata Anton. 

Pembukaan IIMS 2024
Pembukaan IIMS 2024 (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.)

Pemain Baru Kendaraan Listrik

Di tengah angka penjualan yang mandek, kompetisi di sektor otomotif semakin ketat dengan munculnya pemain baru. Seperti disebutkan di atas, tahun ini ada VinFast, Chery, dan BYD yang menghadirkan mobil listrik di Tanah Air. 

Chery menghadirkan mobil sport utility vehicle atau SUV listrik Omoda E5. Harganya sekitar Rp 488 juta. PT Chery Sales Indonesia (CSI) berkomitmen memakai bahan baku nikel untuk baterai mobil listriknya. 

Langkah tersebut sejalan dengan proyek hilirisasi nikel pemerintah Indonesia. Pengembangan nikel tidak hanya menjadi bahan tambang tapi diolah menjadi baterai. “Kami berkomitmen membawa lebih banyak peluang dan pengembangan ke negara ini,” kata Assistant President Director CSI Zeng Shuo saat peluncuran Omoda E5, Senin (5/2). 

Saat ini Omoda E5 telah memiliki TKDN sebesar 40%. Perakitan dan produksinya secara lokal (completely knocked down/CKD) di pabrik PT Handal Indonesia Motor (HIM), Bekasi, Jawa Barat.

Build Your Dream alias BYD baru saja mengumumkan harga untuk ketiga kendaraannya pada IIMS 2024. Angkanya mulai Rp 425 juta hingga paling mahal di Rp 719 juta. 

Untuk BYD Dolphin, model ini bersaing dengan kendaraan segmen compact, seperti Citroen e-C3 dan Chery Omoda E5. Ada pula model Atto 3 dengan harga Rp 515 juta dan Seal seharga Rp 719 juta. 

“Untuk ketiga kendaraan ini, harganya kami yakin sangat proporsional dengan berbagai keunggulan masing-masing,” kata General Manager BYD Asia-Pasific Liu Xueliang. 

BYD merupakan pemain besar di mobil listrik. Berbagai tipe yang ditawarkan membuatnya menguasai angka penjualan global pada tahun lalu, mengalahkan Tesla. 

Airlangga mengatakan, semakin banyak produsen mobil listrik masuk ke Indonesia, target penjualan kendaraan tersebut di dalam negeri dapat mencapai 200 ribu unit per tahun. “Sekarang penjualan masih 80 unit termasuk hybrid,” katanya.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil listrik berbasis baterai (BEV) pada 2023 mencapai 17.051 unit, sedangkan hybrid 54.179 unit. Penjualan terbanyak masih Toyota Innova Hybrid. Untuk BEV, Hyundai Ioniq 5 menempati posisi puncak.

Kendaraan listrik tampaknya menjadi cara pemerintah untuk menggenjot angka penjualan mobil. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya pernah menyebut target 2 juta mobil listrik mengaspal di Indonesia pada 2030. 

Target itu juga sejalan dengan rencana pengurangan emisi karbon di 2030. Indonesia telah menetapkan Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC). Pemerintah berencana melakukan pengurangan emisi karbon dari 29% atau 835 juta ton karbondioksida (CO2) menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada 2030. 

Anton optimistis pasar kendaraan listrik akan bergerak positif. Total penjualan elektrifikasi Toyota dan Lexus pada tahun lalu mencapai 37.736 unit secara wholesale. “Ini terdiri dari hybrid, plug-in hybrid, dan juga baterai,” katanya. 

Angka tersebut berkontribusi sekitar 11,1% dari total penjualan perusahaan. Peningkatannya sangat signifikan dibandingkan 2022 yang berkisar 4 ribu unit. 

Ia menyebut perusahaan cukup on-track dalam merespon tren elektrifikasi. “Penerimaan pasar juga semakin baik yang terlihat dari peningkatan penjualan dan banyaknya pemain baru,” ucap Anton. 

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu mengatakan masuknya berbagai merek ke pasar otomotif nasional menandakan transisi Indonesia menuju kendaraan ramah lingkungan. 

Dampak lainnya, konsumen mendapat pilihan yang beragam untuk memilih kendaraan sesuai preferensi dan kebutuhan. Produsen juga semakin ketat bersaing dalam hal harga. “Hal ini yang ditunggu-tunggu oleh smart-buyers yang mayoritas masyarakat berdaya beli menengah,” katanya. 

Ia menyebut stagnasi angka penjualan mobil yang terjadi saat ini tak lepas dari tingkat pendapatan per kapita yang rendah. “Mayoritas masyarakat memiliki kemampuan finansial yang lemah untuk membeli mobil,” kata Yannes. 

Harga mobil di Indonesia juga cenderung lebih tinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Ditambah lagi dengan tingkat suku bunga yang tinggi membuat kredit mobil semakin tak terjangkau. Masyarakat lebih mengalokasikan pengeluarannya untuk kebutuhan hidup sehari-hari. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement