Vaksin Saja Tidak Akan Mengakhiri Pandemi Covid-19

Pingit Aria
26 Maret 2021, 08:25
Jim Yong Kim, PhD
Katadata/Joshua Siringo ringo
Pakar Kesehatan, Presiden Bank Dunia 2012-2019

Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Simak Databoks berikut:  

Terkait dengan vaksin, negara-negara OECD yang telah memesan vaksin untuk 175% dari jumlah penduduknya, sedangkan negara berkembang secara umum baru sekitar 25% dari jumlah penduduk. Negara-negara Afrika harus mengantre vaksin pada 2022 karena produksi vaksin sepanjang 2021 telah terpesan.

Lalu apakah negara-negara maju akan mendonorkan vaksin yang dipesannya ke negara berkembang? Saya tidak tahu.

Saya harap ada cukup banyak vaksin sehingga jika dikombinasikan dengan sistem kesehatan masyarakat yang baik, sebagai contoh, orang bisa kembali pergi ke Bali. Saya dengar bahwa ada pembahasan untuk menjadikan sertifikat vaksin sebagai syarat bepergian di Indonesia. Saya pikir itu mungkin saja dilakukan.

Masalahnya, saya amati bahwa sekarang vaksinasi tidak dilakukan secara strategis. Jika Anda sekadar melakukannya menurut demografi, misalnya dengan hanya menyasar kelompok usia tertentu seperti yang sudah terjadi di AS, yang terjadi kemudian adalah ketimpangan akses terhadap vaksin.

Jika Anda menggunakan pendekatan lain, dengan tidak terlalu mengandalkan pembagian menurut usia. Tentu lansia akan mendapat jatahnya, tapi setelah itu Anda bisa fokus ke wilayah-wilayah berisiko tinggi. Jika Anda melakukan itu, vaksinasi akan lebih efektif.

Bagaimana praktik terbaik penanganan pandemi, mencontoh negara-negara yang berhasil seperti Tiongkok, Korea Selatan, Selandia Baru?

Yang penting adalah dengan melakukan pelacakan. Bahkan jika Anda kewalahan untuk melakukannya sekarang karena angka penularan masih terlalu tinggi, Anda tetap harus melakukannya nanti.

Saya kira angka kasus Covid-19 di Indonesia saat ini masih di kisaran 5.000 per hari, jadi masih cukup sulit untuk benar-benar melacak kontak pasien. Tetapi untuk benar-benar mengakhiri pandemi, pelacakan kontak itu perlu dilakukan.

Berikut adalah Databoks perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia: 

Hal lain yang perlu diperhatikan, ada banyak orang yang tidak mau divaksin, atau curiga vaksin itu berbahaya atau kurang berkualitas. Kita juga menemukan bahwa sumber informasi yang paling dipercaya oleh masyarakat itu bukan dari ahli melainkan dari tetangga.

Jadi, saat melacak kontak di lingkungannya, petugas kesehatan seharusnya bisa sekaligus melakukan sosialisasi mengenai vaksin. Dengan begitu, Anda dapat menjangkau komunitas yang lebih luas.

Dari perspektif perbankan, saya bisa bilang bahwa Bank Dunia telah sejak lama melakukan transfer bersyarat. Anda memberi uang kepada masyarakat miskin dengan syarat tertentu.

Ini bisa diadopsi untuk program kesehatan seperti yang terjadi di Haiti dan Rwanda. Jadi masyarakat miskin ini tidak hanya dilibatkan dalam pelacakan kontak, melainkan juga distribusi vaksin. Ini berjalan dengan baik.

Investasi pada petugas kesehatan publik berarti investasi pada pertumbuhan ekonomi. Saat (Menteri Keuangan) Sri Mulyani masih di Bank Dunia, kami mengembangkan Indeks Sumber Daya Manusia yang diluncurkan pada Bali Annual Meeting (2018?). Pertemuan itu juga menyoroti pentingnya investasi pada kesehatan dan Pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Saya pikir ini belum terlambat. Saya pikir uang yang digunakan untuk pekerja yang melakukan pelacakan kontak, vaksinasi, dan secara keseluruhan mendukung sistem kesehatan akan membantu Anda untuk menghadapi pandemi di masa depan. Kesehatan masyarakat juga fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi. Saat pandemi terkendali, ekonomi akan kembali tumbuh.

Apakah menurut Anda Indonesia memiliki kapasitas dan political will untuk berinvestasi pada sektor Kesehatan masyarakat, karena menurut Anda ini adalah kunci untuk mengatasi pandemi ini…

Saya sangat mengagumi Presiden Joko Widodo. Pak Luhut Pandjaitan dan Ibu Sri Mulyani juga merupakan para pemimpin yang sangat efektif.

Pada isu kesehatan misalnya, saya juga sangat terkesan dengan upaya pemerintah Indonesia menekan angka stunting. Presiden Jokowi menyatakan bahwa ini merupakan target yang sulit dan pandemi Covid-19 akan berdampak buruk, tetapi saya tetap terkesan dengan kemajuan yang dicapai. Jadi saya punya keyakinan terhadap Indonesia.

Saat ini mungkin Indonesia belum memiliki kapasitas untuk mengatasi pandemi, tapi itu bisa dilakukan. Saya tekankan bahwa semua negara harus benar-benar berinvestasi untuk mengembangkan sistem kesehatan masyarakat.

Kalau kita beruntung, mungkin situasi akan berangsung normal pada musim dingin (akhir tahun), tapi itu hanya akan terjadi jika tes, pelacakan kontak, karantina dilakukan dengan benar. Tapi kita tahu bahwa tidak ada keajaiban di dunia ini. Vaksinasi untuk 20-30% dari populasi tak akan membuat pandemi berakhir

Jika vaksinasi menjangkau 67% dari populasi di AS tetapi hanya 20% di Afrika, sementara virus bisa menyebar dengan cepat dan bermutasi. Jika ini terjadi, boom. Kita harus mulai dari awal lagi.

Jadi menurut Anda, berapa lama lagi pandemi global ini akan berakhir?

Jadi saya tidak tahu. Kita tidak pernah menghadapi tantangan seperti melakukan vaksinasi terhadap 7 miliar orang sebelumnya. Dan melihat varian baru yang muncul, mungkin kita harus menyuntik 7-8 miliar orang berkali-kali.

Jadi yang bisa dilakukan sementara ini adalah membangun sistem Kesehatan yang baik. Anda tidak akan bisa mengembalikan ekonomi sebelum berhasil mengendalikan ekonomi.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...