Resep Amartha: Sustainability dan Profitability dalam Satu Nafas

Yura Syahrul
26 Februari 2024, 11:00
Chief Risk and Sustainability Amartha Aria Widyanto
Katadata/Bintan Insani
Chief Risk and Sustainability Amartha Aria Widyanto

Ada berbagai macam pendanaan di Eropa, ada Green Funds, Blended Finance dan sebagainya, tetapi ini tidak terserap di Indonesia, terlebih di level akar rumput. Ini terjadi karena yang bisa mengelola upaya ESG, menghitung jejak karbon, memiliki komitmen pengurangan jejak karbon, hanya perusahaan besar. Artinya, dana investasi yang besar ini hanya akan diserap perusahaan besar sehingga akan menciptakan kesenjangan baru, yang kami sebut green gap.

Kalau dulu kesenjangan itu tercermin dari desa vs kota, yang berpendidikan vs tidak berpendidikan, yang digital savvy dan tidak digital savvy. Ke depan akan ada green gap di mana satu kelompok masyarakat tidak dapat mengakses pendanaan atau investasi hijau. 

Nah, Amartha berperan menjembatani agar pendanaan hijau itu dapat masuk ke level akar rumput sehingga tidak terjadi kesenjangan yang merugikan masyarakat kelas bawah. 

Bagaimana Amartha menerapkan mekanisme dan prinsip-prinsip tersebut ke dalam pencapaian target kinerja Amartha sebagai perusahaan?

Kami sudah memiliki peta jalan. Salah satu yang sudah kami terapkan sejak 2022 kemarin adalah menghitung jejak karbon sendiri. Kami menghitung ada 1.730 ton CO2e yang dihasilkan dari bisnis Amartha dengan 8.500 karyawan, sehingga kami mengemisi rata-rata 0,2 ton CO2e per karyawan, per tahun. Kami menargetkan ini akan berkurang hingga 30% pada 2030.

Untuk mencapai hal itu, kami mulai menerapkan green office dengan mengubah semua lampu menjadi lebih hemat energi, mengelola sampah dengan recycle. Tahun lalu kami menghasilkan 8,6 ton sampah dan 60% berhasil di-recycle. Ini akan kami tingkatkan lagi ke depan. 

Di bidang sosial, kami berupaya meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan perempuan terutama di pedesaan, secara kontinu, melalui pembiayaan modal kerja. Tahun lalu, Amartha rata-rata dapat meningkatkan pendapatan nasabah sekitar 69,7% per tahun. Ini akan terus kami pantau melalui mekanisme pengukuran tingkat kesejahteraan. 

Peningkatan kesejahteraan ini dapat diterjemahkan sebagai anaknya bisa sekolah, rumahnya bisa direnovasi, dan satu keluarga bisa mengkonsumsi makanan bergizi. Kami mengukur ini dalam survei tahunan di Environment, Social and Governance Report.

Dalam hal governance, kami mengimplementasikan human rights protections dan employee protections di level perusahaan. Kami mendukung kesetaraan dan inklusivitas. Siapa saja bisa dipromosikan tanpa memandang suku, agama, jenis kelamin. Kami memastikan lingkungan Amartha adalah lingkungan antidiskriminasi.

Amartha secara sukarela membuka laporan ESG ini ke publik dengan harapan dapat menjadi inspirasi bagi private sectors lain untuk menerapkan hal yang sama.

Jika kita berbicara mengenai ekosistem fintech, beberapa tahun terakhir sering disebut sebagai musim gugur fintech. Bagaimana Amartha menilai kondisi ini? Apakah ini merupakan tantangan atau peluang?

Pertama dari segi regulasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peta jalan 5 tahun ke depan untuk fintech. Salah satu pilarnya adalah penguatan tata kelola perusahaan melalui manajemen risiko, peningkatan kemampuan manajemen, termasuk penguatan permodalan. 

Ada pilar perlindungan konsumen untuk memastikan para konsumen fintech terlindungi, mereka mendapatkan transparansi dan nilai yang reasonable. Amartha mendukung sepenuhnya karena melalui penguatan regulasi ini akan tercipta ekosistem bisnis yang lebih prudent, lebih berhati-hati, dan tidak jor-joran dalam menjalankan bisnis. 

Mengenai tech winter, itu bergantung pada bagaimana perusahaan dapat menavigasi perubahan. Ketika perusahaan bisa tetap relevan dengan kebutuhan konsumen, kemudian bisa mengelola bisnis dengan hati-hati, bisnis akan tetap berkembang dengan baik dalam berbagai kondisi. Tentu ada naik dan turun, tetapi ketika melihat horizon jangka panjang dan membangun perusahaan untuk menjadi perusahaan yang sustainable, tentu akan bisa melewati masa-masa krisis dengan baik. 

Jadi, industrinya mungkin mengalami winter tetapi bagi Amartha yang terpenting saat ini adalah bagaimana menjaga relevansi bisnis sesuai dengan kebutuhan konsumen sekaligus menjaga pelestarian lingkungan. Terbukti, tahun lalu ketika industrinya dinilai sedang kurang baik secara keseluruhan, Amartha tetap profitable.

Sejak kapan bisnis Amartha menjadi profitable?

Sejak 3-4 tahun belakangan, Amartha sudah consecutively profitable. Kami optimistis ke depan dapat terus berkembang dengan peluang-peluang baru. 

Selama 14 tahun terakhir, Amartha telah membangun keahlian untuk bisa melayani segmen-segmen masyarakat di daerah-daerah seperti di pulau terpencil, yang belum terjangkau oleh jasa keuangan. Ini menjadi kunci bisnis Amartha tetap relevan di tengah perubahan yang sangat cepat.

Apakah ada rencana untuk membuat Amartha menjadi perusahaan terbuka? 

Pembicaraan tentang itu ada, terlebih secara tata kelola, finansial, produk, organisasi telah siap untuk step up the game. Tetapi dalam business decisions ukurannya tidak hanya kinerja keuangan saja, ada parameter lain seperti kondisi pasar, iklim investasi, target pasar, dan sebagainya. Ada banyak variabel. 

Saya mendengar dalam tahun ini Amartha akan mengadakan forum, seperti apa forum tersebut?

Amartha Asia Grassroot Forum. Amartha ingin membuat satu forum serupa dengan World Economic Forum tetapi mengumpulkan orang-orang yang peduli dengan ekonomi akar rumput. Di sini kami akan mengundang akademikus, seperti dari Amerika dan Inggris, ada juga policymakers dari Indonesia seperti para menteri yang mengurusi kesejahteraan, ekonomi, pedesaan, dan pemberdayaan perempuan. Kemudian ada pebisnis dan investor yang peduli terhadap kesejahteraan dan pembangunan di akar rumput. 

Forum ini akan menjadi satu katalis bagi mereka yang memiliki atensi terhadap akar rumput sehingga semua pihak, termasuk NGO's, dapat berkolaborasi untuk melahirkan formulasi strategi yang dapat mengurangi kesenjangan. Kita juga dapat mendorong lebih banyak modal masuk ke level akar rumput dan melahirkan beragam inovasi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat kelas bawah.

Ini misi yang akan dibawa Amartha. Amartha akan menjadi katalisator, pendorong, agar semua orang mulai melirik akar rumput. Dengan meningkatnya investasi di level akar rumput, kesenjangan akan semakin berkurang. 

Mengapa Amartha menganggap ini sebagai sebuah peluang sehingga mengambil peran besar untuk menyelenggarakan forum ini?

Amartha sudah mendapatkan kepercayaan dari investor global. Kami akan mengundang beberapa institusi yang high profile seperti IFC dan Women's Road Banking, beberapa development funds dari Eropa dan Amerika. 

Kami ingin mereka tidak hanya mengenal Indonesia sebagai Jakarta saja, tetapi Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau dan 30-40 juta UMKM yang masih belum menerima banyak dukungan permodalan dan bagaimana Amartha bisa membantu para investor global untuk menjangkau mereka. 

Kami ingin meyakinkan Indonesia memiliki prospek yang sangat tinggi dan yang belum tersentuh oleh mereka adalah masyarakat di level akar rumput. 

























Halaman:
Editor: Dini Pramita
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...