Kumpulan Puisi Hari Buruh Sedunia 1 Mei 2023
Membuat hari semakin jauh
Jauh dari kemapanan jiwa dan rumah tangga
Jauh dari kehidupan semestinya
Buruh!
Hidupmu tanpa kepastian
Meregang nyawa setiap harinya
Membabi buta untuk bertahan hidup sampai ajal menghampirinya.
Puisi Buruh Industri Nasibmu Kini
Karya: Aan Wahyudinta
Berangkat pagi pulang senja
Untuk penuhi kebutuhan rumah saja
Rasanya lelah
Usaha seakan lelah
Hari demi hari terlewati
Impian seakan tak pernah terbeli
Nampak sengsara
Duka tiada muara
Upah majikan sarat perhitungan
Semua hanya untuk menopang keseharian
Tabah menerima
Rupiah tak berlama
Ingin sesuatu musti menunggu
Nikmati hidup terkadang dalam dungu
Alangkah malang
Surga sebatas layang
Iringi gemuruh deru mesin
Betapa tiada pilihan yang lain
Merenda rasa
Untuk mengisi masa
Kisah hidupnya semakin gundah
Indikasi harga kerja yang rendah
Nilai bisnis
Iming – iming janji manis
Peringatan
Karya: Widji Thukul
Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata, lawan!
Harapan dan Kenyataan
Akhir bulan jadi harapan
Untuk menerima bayaran
Namun mesti lihat kenyataan
Gajian banyak yang dipotong
Bayar hutang jadi kewajiban
Cicilan masuk antrian
Rentenir minta di dahulukan
Sisanya bayar kontrakan
Keluarga tak dapat bagian
Tiap hari uring – uringan
Jangankan beli perhiasan
Makanpun masih kesusahan
Tanggal muda nyari utangan
Ditambah kerja serabutan
Tak peduli dapat celaan
Penting hidup terus berjalan
Jangan pernah tanya tentang masa depan
Jangan tanya berapa uang tabungan
Hidup layak pun hanya jadi impian
Cukup bagi kami tiap hari bisa makan
Buruh-buruh
Karya : Widji Thukul
Di batas desa
pagi-pagi
dijemput truk
dihitung seperti pesakitan
diangkut ke pabrik
begitu seterusnya
Mesin terus berputar
pabrik harus berproduksi
pulang malam
badan loyo
nasi dingin
Bagaimana kalau anak sakit
bagaimana obat
bagaimana dokter
bagaimana rumah sakit
bagaimana uang
bagaimana gaji
bagaimana pabrik? mogok?
pecat! mesin tak boleh berhenti
maka mengalirlah tenaga murah
mbak ayu kakang dari desa