Berita NATO Terbaru dan Terkini Hari Ini - Katadata.co.id

NATO khawatir keberadaan pasukan tentara Wagner Group di Belarus akan menimbulkan ketidakstabilan regional.

Sekjen NATO Jens Stoltenberg melakukan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengenai pemberontakan Wagner di Rusia pada Minggu (25/6). Apa saja yang dibahas?

Gempa Turki magnitudo 7,8 mengakibatkan sekitar 21.000 orang meninggal dunia. Apa itu HAARP yang disebut-sebut sebagai teori konspirasi penyebab gempa Turki?

Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan klarifikasi terkait rudal yang baru baru ini menghantam Polandia.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden langsung menggelar rapat darurat dengan anggota NATO usai rudal buatan Rusia jatuh ke Polandia. Agenda KTT G20 Bali terganggu.

Presiden Joe Biden menggelar rapat darurat dengan para kepala negara anggota nato di tengah KTT G20 di Bali usai rudal Rusia jatuh di Polandia.

Sebelumnya Turki mem-veto upaya Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO karena dianggap melindungi kelompok pemberontak Kurdistan.

Rusia juga memperingatkan negara-negara barat bahwa keterlibatan mereka di Ukraina juga berpotensi memicu Perang Dunia III.

Rupiah dibuka melemah pagi ini dan diperkerajan terus turun. Hal ini karena pasar khawatir akan potensi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.

Posisi dominan perusahaan gas Rusia Gazprom beberapa kali mendapatkan penentangan  Masyarakat Eropa. Kesempatan bagus bagi Turki dan Iran untuk menunjukkan kepeloporannya kepada dunia.

Rusia menyetop pengiriman gas ke Finlandia. Ini dilakukan setelah Helsinki mendaftarkan diri ke NATO, tidak mau membayar dengan rubel, dan memberikan sanksi bagi Rusia terkait invasi ke Ukraina.

NATO diperkirakan membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk menimbang keanggotaan Swedia dan Finlandia.

Persetujuan Parlemen Finlandia memasuki aliansi militer tersebut merupakan perubahan kebijakan bersejarah yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Turki mengecam Swedia dan Finlandia memperoleh keanggotaan NATO. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, alasannya karena kedua negara tersebut merupakan “sarang” “bagi banyak organisasi teror

Kepala intelijen AS memperkirakan Presiden Rusia Vladimir Putin berpotensi menggunakan senjata nuklir.