Harga Batu Bara Anjlok, Indo Tambangraya Tetap Pertahankan Produksi

ANTARA FOTO/WAHDI SETIAWAN
Ilustrasi, kapal tongkang pembawa batu bara melintasi aliran Sungai Batanghari di Jambi, Jumat (29/3/2019). PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) tidak mengubah target produksi batu bara, meski harganya tengah menurun.
27/8/2019, 19.08 WIB

Pendapatan perusahaan memang tercatat naik 19% menjadi Rp 6,4 triliun. Namun, beban pokok pendapatan juga meningkat 5% menjadi Rp 5,10 triliun.

(Baca: Borneo Olah Sarana Tingkatkan Produksi Meski Harga Batu Bara Turun)

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, harga batu bara menjadi penyebab menipisnya marjin keuntungan perusahaan. "Apalagi bagi perusahaan yang menjual batu bara dengan kalori rendah atau dibawah 6.300," katanya, beberapa waktu lalu (15/8).

Harga batu bara dunia dan dalam negeri tercatat menurun. Ia mencatat, tren ini sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Harga batu bara Newcastle misalnya, turun dari US$ 100 juta per ton pada akhir 2018 menjadi US$ 77 per ton bulan lalu.

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang digunakan sebagai referensi penjualan batu bara kalori tinggi yakni 6.300 pun terdampak. Pada Agustus 2018, HBA sempat menyentuh US$ 107,83 per ton. Harganya berangsur turun menjadi US$ 71,92 per ton pada bulan lalu. Lalu, naik tipis menjadi US$ 72,67 per ton pada bulan ini.

(Baca: Laba Adaro Melonjak di Tengah Kejatuhan Kinerja Emiten Batu Bara)

Halaman:
Reporter: Fariha Sulmaihati