Amerika Serikat (AS) memperingatkan India agar tidak meningkatkan pembelian minyak dari Rusia secara signifikan. Pemerintahan Joe Biden saat ini tengah bersiap untuk meningkatkan penegakkan sanksi terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Sanksi yang diterapkan AS terhadap Rusia saat ini tidak mencegah negara lain untuk membeli minyak Rusia, hal itu meningkatkan keinginan Washington untuk membatasi pembelian negara lain agar tingkat pembelian mereka terhadap minyak Rusia berada di jalur normal.
"AS tidak keberatan India membeli minyak Rusia asalkan membelinya dengan harga diskon, tanpa meningkat secara signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Sedikit kenaikan boleh saja," kata pejabat administrasi AS yang tak mau disebut namanya seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (1/4).
Pejabat itu mengatakan bahwa Amerika tidak memiliki masalah jika India menyelesaikan perdagangan dengan Rusia dalam rupee atau terus membayar dalam dolar, asalkan transaksi itu sesuai dengan sanksi dan dengan entitas yang diizinkan.
India sedang merancang mekanisme untuk menyelesaikan perdagangan dengan Rusia, termasuk melalui pembayaran dalam rupee.
"Apa pun yang mereka bayar, apa pun yang mereka lakukan, harus sesuai dengan sanksi. Jika tidak, mereka menghadapi risiko besar. Selama mereka mematuhi sanksi dan tidak meningkatkan pembelian secara signifikan, kami baik-baik saja," ujarnya.
India yang merupakan importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, telah mengimpor minyak Rusia melalui tender spot sejak perang pecah pada 24 Februari. India membeli dengan diskon besar karena Rusia kehilangan pembeli lainnya seperti Amerika, Kanada, dan Australia.
Sejak 24 Februari India telah membeli setidaknya 13 juta barel minyak Rusia, hanya 3 juta barel di bawah level impor sepanjang 2021 yang hanya 16 juta barel. Simak databoks berikut:
"Kami terus melibatkan mitra kami di India dan di seluruh dunia tentang pentingnya tindakan kolektif yang kuat, termasuk sanksi yang kuat, untuk menekan Kremlin agar mengakhiri perang melawan Ukraina sesegera mungkin," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Dia menambahkan bahwa pemerintahan Biden berkoordinasi dengan India dan negara-negara Eropa untuk mengurangi dampak invasi Rusia ke Ukraina di pasar energi, sambil mendorong langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia.
Sanksi yang diterapkan AS mengurangi kemampuan Rusia yang biasanya mampu memproduksi sekitar 1/10 dari total produksi minyak dunia. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa sanksi dan mundurnya sejumlah pembeli dapat menghilangkan 3 juta barel per hari dari pasar global minyak mentah dan produk olahan Rusia mulai April.
Rusia menghadapi serangan sanksi internasional yang dipimpin oleh negara-negara Barat yang bertujuan mengisolasi Rusia dari ekonomi global, termasuk dikeluarkan dari sistem pengiriman pesan bank global SWIFT dan membatasi transaksi oleh bank sentralnya.
Amerika juga telah menjatuhkan sanksi terhadap entitas dan individu Rusia dengan tujuan melumpuhkan perekonomiannya serta menghentikan impor energi dari Rusia.
Meski demikian AS sejauh ini mereka tidak menargetkan ekspor minyak dan gas Rusia ke negara lain, karena mempertimbangkan dampaknya terhadap pasar minyak global dan harga bahan bakar.
Di sisi lain, India menyerukan gencatan senjata di Ukraina namun menolak untuk mengutuk "operasi militer" Rusia di sana. India abstain dari pemungutan suara pada beberapa resolusi PBB tentang perang. Presiden AS Joe Biden mengatakan bulan ini India "agak goyah" dalam bersikap melawan Rusia.
"Kami, selama beberapa hari dan minggu ke depan, akan meningkatkan penegakan sanksi. Kami memberi tahu semua orang, di mana pun di seluruh dunia untuk memastikan Anda mematuhi sanksi. Ini adalah pesan untuk semua orang," ujar seorang pejabat pemerintahan Joe Biden.
Sebelumnya Rusia dilaporkan berupaya meningkatkan penjualan minyaknya ke India dengan menawarkan diskon besar hingga US$ 35 per barel.
Dengan harga minyak per barel yang berlaku saat ini, yakni Brent US$ 109,4 dan West Texas Intermediate (WTI) US$ 103, berarti India akan membeli di harga US$ 70-an per barel, jauh di bawah level pra-invasi sekitar US$ 90 per barel.
Sebagai permulaan, Rusia ingin India membeli 15 juta barel yang dikontrak untuk tahun ini, dengan kemungkinan volume yang lebih besar lagi. Adapun negosiasi untuk jual-beli minyak ini masih berlangsung di tingkat pemerintah.