Kementerian ESDM bersama Pertamina telah mendorong percepatan pembangunan kilang minyak yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak awal masa pemerintahannya pada 2014.
Kendati demikian, dari beberapa proyek kilang yang direncanakan, sejauh ini hanya proyek ekspansi atau pengembangan Kilang Balongan Indramayu, Jawa Barat yang mencapai progres pembangunan 99%.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa kendala utama pembangunan kilang adalah nilai investasi yang besar. Tanpa melibatkan investor, muskil rasanya menjalankan ekspansi kilang maupun membuat kilang baru.
“Kami melihat Pertamina bisa proaktif mencari mitra supaya ini cepat selesai dan tidak tergantung pada pembiayaan sendiri yang mungkin butuh waktu lama,” kata Tutuka dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor Migas 2022 dan Rencana Kerja 2023 pada Senin (30/1).
Tutuka melanjutkan, dibutuhkan dana sekira US$ 67,9 juta untuk menambah kapasitas Kilang Balongan sebesar 25 ribu barel per hari dari kapasitas awal 125.000 barel per hari sejak pertama kali dibangun pada 1994.
Sementara itu, diperlukan pendanaan hingga US$ 7,24 miliar untuk memperluas kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan menjadi 360.000 barel per hari.
“Soal kilang ini pembangunannya kompleks, perlu mencari investor dengan biaya besar walau margin keuntungannya tidak lebih besar dari yang hulu,” ujar Tutuka.
Pengembangan kilang minyak tercantum dalam keputusan Presiden Joko Widodo, yaitu Peraturan Presiden RI Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Proyek-proyek kilang tersebut yakni perluasan kapasitas Kilang Balongan, ekspansi Kilang Balikpapan, revitalisasi Kilang Cilacap, penambahan kapasitas Kilang Plaju dan perluasan kapasitas Kilang Dumai.
Serta, ada satu proyek pembangunan kilang petrokimia baru di Tuban, Jawa Timur. Investasi proyek itu mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,2 triliun.
Kilang Tuban merupakan proyek kerja sama antara PT Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft. Kilang ini dibangun dengan kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
“Kilang Tuban itu waktu bangunnya lama, perlu investor yang kuat karena juga perlu infrastruktur yang berhubungan dengan kementerian lain,” kata Tutuka.
Lebih lanjut, kata Tutuka, proyek revitalisasi dan pembangunan kilang dinilai penting untuk menjaga ketahanan pasokan energi nasional. Dalilnya, hingga hari ini Indonesia hanya mampu mengolah minyak sejumlah 800 ribu barel per hari dari ketersediaan kilang saat ini.
Sementara itu, pemerintah masih mengimpor BBM sebanyak 500 ribu barel per hari untuk memenuhi konsumsi energi domestik.
"Karena penduduk kita banyak, sudah ada pasar yang pasti dan itu sebetulnya menguntungkan untuk proyek pembangunan kilang. Kami selalu monitor Pertamina utuk pembangunan kilang," ujar Tutuka.