Orang Indonesia Habiskan Rp30 T Untuk Gim, 99% Uangnya ke Luar Negeri

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
ilustrasi PUBG. PUBG merupakan salah satu gim online yang digemari masyarakat Indonesia.
28/9/2021, 13.05 WIB

Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan masyarakat Indonesia menghabiskan Rp 25-30 triliun rupiah untuk bermain gim online setiap tahunnya. Namun, pengeluaran mereka hampir semuanya lari ke luar negeri karena masih terbatasnya pilihan gim lokal.

Indonesia  menempati peringkat 16 dunia untuk pasar terbesar gim dunia, dan masih merupakan salah satu yang tumbuh tercepat di dunia. Namun, gim lokal Indonesia belum menang di negeri sendiri.

Ia memperkirakan hingga lima tahun ke depan Indonesia tetap hanya menjadi pasar. Sebab, sebagian besar uang yang berputar di industri game pergi ke luar negeri.

“Pada tahun 2020, sebanyak 99,5% dari Rp 25 triliun yang dihabiskan oleh masyarakat kita untuk bermain gim pergi ke luar negeri karena banyak yang lebih tertarik untuk memainkan gim buatan luar negeri,” kata  Cipto dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 secara virtual, Selasa (28/9).

Pada tahun 2020, industri gim lokal diperkirakan menghasilkan US$ 8,64 juta atau menguasai 0,49% dari pasar. Ia menambahkan, berkat dukungan dari pemerintah, industri gim mengalami pertumbuhan pesat sebesar 51% dari tahun 2018 ke 2019.

 "Salah satunya karena penetrasi internet yang lebih baik dan harga handphone yang lebih murah. Selain itu, karena adanya pembatasan mobilitas, gim menjadi entertainment yang mudah didapat," ujarnya.

Dia  berharap industri  gim lokal tumbuh bisa lima kali lipat pada 2025 mendatang. Saat ini, kesuksesan yang diraih oleh beberapa gim lokal diperkirakan mencapai US$ 1-3 juta.

“Target kita adalah industri gim Indonesia bisa tumbuh lima kali lipat dengan nilai US$ 10 juta dan punya gim lokal yang menang di negeri sendiri,” tutur Cipto.

Beberapa gim lokal dengan capaian gemilang di pasar baik lokal maupun global yakni, Coral Island, Dreadout,Coffe Talk, dan Mini Racing.

 Oleh karena itu, AGI sudah berkoordinasi dengan berbagai Kementerian dan Lembaga agar di masa depan Indonesia bukan hanya menjadi pasar tapi juga bisa menghasilkan produk-produk game yang bisa berkompetisi di dunia.

Ia mencontohkan Polandia, di mana perusahaan gim di negara tersebut menempati 3 dari 13 perusahaan terbesar. Selain itu, adanya satu perusahaan unicorn video gim, CD Projekt membuat pertumbuhan industri gim di negara tersebut stabil di angka 28% setiap tahun.

“Disana perusahaan unicorn tersebut mengkatrol seluruh industri sehingga tumbuh stabil dan mampu menciptakan 9.710 lapangan kerja,” katanya.

 Sama halnya dengan Korea Selatan, industri gim di negeri ginseng tersebut menghasilkan US$ 19,6 miliar di tahun 2019. Saat ini pasar gim Korea Selatan berada di peringkat ke-6 terbesar di dunia.

Ia mengatakan, industri gim Korea Selatan mampu menciptakan 89 ribu lapangan kerja bagi masyarakatnya. Selain itu, ekspor gim dari Korsel jauh lebih besar dari produk-produk konten yang lebih populer seperti permusikan dan drama.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, potensi industri gim di Indonesia mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 28,5 triliun.

Oleh karena itu, ia meminta  agar industri game di Indonesia dapat didorong untuk dapat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Terutama, agar produk gim lokal bisa tumbuh di dalam negeri.

 “Utamanya gim lokal agar bisa tumbuh di negerinya sendiri. Saya berharap anak-anak Indonesia bisa berkarya untuk melahirkan inovasi-inovasi baru dalam permainan gim ini," kata Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021, kemarin (27/9).

Di samping itu, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga akan memastikan dan terus berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan, terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk memastikan bahwa pelaku industri gim online di Indonesia mendapat dukungan dan keberpihakan dari pemerintah.

“Mungkin Kemenparekraf bisa banyak bersinergi dalam pembinaannya, sedangkan Kemendag bisa dari sisi promosi yang menjadikan ini produk inovatif. Dan kita bisa pastikan perkembangannya lebih tersupport,” kata dia.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi