Pemerintah belum bisa memberikan kepastian penyesuaian harga BBM dalam negeri seiring harga minyak mentah dunia yang terus berfluktuasi. Harga minyak naik di atas US$ 90 per barel setelah sempat terpuruk hingga ke bawah level US$ 80 per barel pada akhir September.
Hari ini, Jumat (14/10), harga Brent berada di level US$ 94,64 per barel, dan West Texas Intermediate atau WTI di level US$ 90,11. Sebelumnya pada Senin (10/10) Brent sempat menyentuh level US$ 98,75 per barel, sedangkan WTI US$ 93,64.
"Kami lihat dulu deh, kami belum bisa meramalkan kapan. Kalau harga minyak balik ke misalnya US$ 50-60 per barel ya pasti harga BBM akan menyesuaikan," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM di Jakarta pada Jumat (14/10).
Arifin menyebut, saat ini harga minyak dunia tengah gonjang-ganjing karena langkah OPEC+ memangkas produksi 2 juta barel per hari. Hal ini, kembali mendongkrak harga minyak. Harga minyak kembali naik-turun usai Amerika Serikat mengecam tindakan OPEC+ yang memangkas produksi minyak.
"Harga minyak baru turun di US$ 85 per barel, kemudian Arab sama OPEC+ pangkas produksi 2 juta bph, ini lagi jadi US$ 95, kemarin US$ 92 tadi naik lagi US$ 94. Kalau imbauan Amerika bisa didengar ya ada harapan untuk harga minyak lebih turun. Tapi ini kan OPEC+ ada 22 negara yang mendukung pemotongan produksi," ujar Arifin.
SPBU Masih Pantau Fluktuasi Harga Minyak
Sementara itu, Pertamina mengaku masih terus memantau fluktuasi harga minyak mentah dunia sebelum memutuskan untuk melakukan penyesuaian harga jual BBM, khususnya harga BBM non-subsidi.
"Kami masih monitor perkembangan harga minyak dunia. Monitor perkembangan untuk penyesuaian harga jual umumnya dilakukan tiap bulan," kata Sektetaris Perusahaan Pertamina Parta Niaga, Irto Ginting kepada Katadata.co.id, Selasa (11/10).
Irto menyebut, Pertamina selaku badan usaha hanya memiliki kuasa untuk melakukan penyesuaian harga jual BBM pada Jenis BBM Umum atau JBU seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite. Sementara penyesuaian harga BBM bersubsidi Pertalite dan Solar merupakan keputusan pemerintah.
"Pertamina hanya melakukan penyesuaian pada JBU, kalau Solar dan Pertalite kewenangan pemerinah untuk menentukan harga," ujar Irto.
Langkah serupa juga ditempuh oleh penyedia BBM swasta Shell dan BP. VP Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea mengatakan perusahaan masih masih mencermati kondisi pasar terkait harga minyak dunia. Dia menjelaskan penetapan harga BBM Shell dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
Beberapa faktor tersebut seperti harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar rupiah, pajak dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan serta aktivitas promosi yang sedang berjalan.
"Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan masih sejalan dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," kata Susi.
Sementara itu, Marketing Director & Global Brand Lead BP, Vanda Laura, mengatakan perusahaan masih memonitor perkembangan harga minyak dunia sebelum memutuskan penyesuaian harga BBM. Menurut Laura, BP telah beberapa kali melakukan penyesuaian harga seiring dengan fluktuasi harga pasar minyak dunia.
"Pada dasarnya penyesuaian harga BBM BP-AKR memang mengikuti fluktuasi harga minyak mentah dunia dan keadaan pasar," ujar Laura. Berikut harga jual BBM per liter Pertamina, Shell, BP, dan Vivo per 1 Oktober 2022:
Pertamina
1. Pertalite Rp 10.000
2. Solar Rp Rp. 6.800
3. Pertamax Rp 13.900
4. Pertamax Turbo Rp 15.900
5. Dexlite Rp 17.100
6. Pertamina Dex Rp 17.400
Shell
1. Shell Super Rp 15.420
2. Shell V-Power Rp 16.130
3. Shell V-Power Diesel Rp 18.310
4. Shell V-Power Nitro+ Rp 16.510
BP
1. BP 90: Rp 15.320
2. BP 92: Rp 15.420
3. BP 95: Rp 16.130
4. BP diesel: Rp 17.990
Vivo
1. Revvo 89: Rp 11.600
2. Revvo 92: Rp 15.400
3. Revvo 95 Rp 16.100