- Gojek dan Tokopedia dikabarkan mengkaji opsi struktur perusahaan induk terkait merger
- Jika jadi merger dengan Gojek, Tokopedia disebut-sebut bakal melepas saham di OVO
- Gabungan Gojek dan Tokopedia dinilai dapat memperkuat ekosistem digital dan mendongkrak transaksi UMKM
Gojek dan Tokopedia dikabarkan terus berdiskusi terkait merger dan tengah menjajaki berbagai opsi, termasuk mendirikan struktur perusahaan induk. Ekonom menilai bergabungnya kedua startup ‘super’ ini akan menciptakan decacorn dengan ekosistem yang kuat.
DealStreetAsia melaporkan, struktur perusahaan induk tersebut memungkinkan Gojek dan Tokopedia mempertahankan merek masing-masing. “Negosiasi terkait cara mengintegrasikan bisnis tengah berlangsung,” demikian kata sumber yang mengetahui persoalan itu, dikutip dari DealStreetAsia, akhir pekan lalu (22/1).
Sumber juga mengatakan, kedua startup jumbo itu meninjau opsi terkait bisnis pembayaran OVO. Ini karena Tokopedia dan afiliasinya memiliki 41% saham OVO, sementara Gojek mempunyai GoPay.
Menurut seorang eksekutif yang terlibat dalam diskusi tersebut, jika merger kedua startup ‘super’ itu berhasil, maka Tokopedia berpotensi menjual sahamnya di OVO. Eksekutif yang dimaksud bekerja di dewan direksi salah satu perusahaan, tetapi menolak disebutkan namanya.
Katadata.co.id mengonfirmasi kabar tersebut kepada Gojek dan Tokopedia. Namun, belum ada respons dari kedua perusahaan.
Kabar Gojek dan Tokopedia mengkaji merger mencuat ketika decacorn asal Indonesia ini disebut-sebut bakal bergabung dengan Grab. Rumor ini beredar sejak awal 2020.
Business Times bahkan melaporkan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Singapura atau CCCS terus memantau potensi merger antara Grab dan Gojek. CCCS juga menegaskan kembali bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan terhadap kesepakatan anti-persaingan.
Grab | Gojek | Tokopedia | |
Cakupan* | 8 negara | 4 negara | Indonesia |
Mitra pengemudi | 9 juta (keseluruhan) | 2 juta | - |
Mitra penjual | 900 ribu | 9,9 juta | |
Jumlah unduhan | 205 juta kali | 190 juta kali | - |
Pengguna aktif bulanan | - | 38 juta | 100 juta |
Valuasi | US$ 14 miliar | US$ 10,5 miliar | Mendekati US$ 10 miliar |
Sumber: Gojek, Grab, Tokopedia, CB Insights
Namun kini, rumor Gojek merger dengan Tokopedia menguat. Gojek menyebut layanannya sebagai aplikasi super (superapp), sementara Tokopedia super ekosistem.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai, merger Gojek dan Tokopedia akan menjadi solusi yang menguntungkan banyak pihak alias win-win solution. Alasannya, bisnis inti Tokopedia yakni e-commerce, sementara Gojek berfokus pada layanan transportasi, pesan-antar makanan, dan lainnya.
Ekosistem digital dari gabungan kedua perusahaan akan semakin kuat. “Kalau mau jual sebagian saham, Gojek tentu untung dapat banyak data dari Tokopedia. Ini karena mereka dapat menawarkan kredit ke penjual,” kata dia kepada Antara, dua pekan lalu (11/1).
Sedangkan layanan kedua perusahaan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Layanan | Gojek | Tokopedia |
Transportasi | · GoRide· GoCar· GoBlueBird· Investasi di Pathao, Bangladesh | - |
Pesan-antar makanan | GoFood | Tokopedia Nyam* |
Cloud Kitchen | · Dapur Bersama· Investasi di startup cloud kitchen India, Rebel Foods | - |
Kebutuhan sehari-hari | · GoShop· GoMart· GoMall· GoStore· Investasi di Mall91, India lewat GoVentures | Bisnis inti: platform e-commerce |
Pengiriman barang | · GoSend· GoBox | Gudang pintar yang disebut TokoCabang |
Keuangan | · GoSure (asuransi)· GoInvest (investasi)· Paylater· Bank digital, Bank Jago· Akuisisi Coins.ph di Filipina | · Fintech lending, Dhanapala· Investasi di PasarPolis (insurtech) |
Pembayaran | · GoPay· GoBills· GoPulsa· GoGive | Berinvestasi di OVO |
Iklan | GoScreen | - |
Layanan UMKM | · GoBiz· GoToko· Akuisisi Moka | Mitra Tokopedia |
Kesehatan | GoMed (dengan Halodoc) | - |
Unit investasi | GoVentures | - |
Program akselerasi | Xcelerate | - |
Lainnya | · GoTix· GoServices· GoPlay· GoGames· Investasi di Mobile Premier League, India· GoFitness | - |
Sumber: Gojek, Tokopedia, CB Insights
*Fitur pesan makanan di platform Tokopedia
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah juga sepakat bahwa merger Gojek dan Tokopedia merupakan langkah strategis. Ini karena kedua perusahaan memiliki segmen usaha berbeda.
"Jika merger itu terwujud, tidak akan menciptakan monopoli. Mereka berada di segmen bisnis berbeda. Ini akan saling melengkapi dan itu strategi yang sangat taktis dalam menghadapi pandemi corona ini,” kata Piter dikutip dari Antara, tiga pekan lalu (6/1).
Piter menilai, bergabungnya Gojek dan Tokopedia tidak akan menciptakan barrier to entry yang tinggi bagi pemain baru. Perusahaan gabungan ini memang berpotensi menjadi pemimpin pasar, akan tetapi tidak sampai memicu persaingan tidak sehat.
"Sekarang, meskipun keduanya sudah besar, kita masih bisa melihat adanya pemain sejenis yang menggarap segmen tertentu,” ujar Piter. Ia pun optimistis, merger kedua startup jumbo ini membawa banyak manfaat bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta ekonomi digital Indonesia.
“Kita sudah melihat bagaimana orang dengan modal Rp 500 ribu bisa berdagang di Tokopedia. Ini artinya merger kedua perusahaan itu tidak akan mematikan UMKM, namun sebaliknya,” kata dia.
Hal senada sampaikan oleh ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal. “Dengan banyaknya UMKM go-digital saat pandemi Covid-19, saya rasa merger kedua perusahaan akan mampu mengoptimalkan momentum itu,” kata dia dikutip dari Antara, dua pekan lalu (15/1).
Gojek misalnya, menggaet 600 ribu mitra penjual baru selama pandemi virus corona. Sedangkan pedagang di platform Tokopedia melonjak tiga juta lebih.
Mitra penjual di kedua perusahaan, terutama UMKM, juga berpeluang mendorong transaksi jika Gojek dan Tokopedia bergabung. "Beralihnya perilaku konsumen ke layanan dan transaksi digital mendorong pelaku usaha pindah ke ekosistem digital demi mendapatkan pasar,” katanya.
Riset Facebook dan Bain and Company pun menunjukkan, konsumen digital di Indonesia diperkirakan meningkat dari 119 juta pada 2019 menjadi 137 juta tahun lalu. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.
Sedangkan jumlah konsumen digital di Asia Tenggara tertera pada Databoks di bawah ini:
Oleh karena itu, Fithra menilai bahwa merger Gojek dan Tokopedia tidak hanya menguntungkan mitra UMKM, tetapi juga konsumen. “Dengan skala ekonomi yang semakin besar, keduanya bisa beroperasi lebih efisien sehingga cost per output dan cost per production rendah. Ini menguntungkan konsumen dan mitra penjual UMKM di platform,” ujar dia.
Selain itu, ia menilai bahwa merger Gojek dan Tokopedia akan memicu efek bandwagon yaitu menginspirasi pelaku bisnis lain untuk mengambil langkah serupa. “Pandemi corona ini mempercepat the future of economic. Kondisi yang seharusnya terjadi dalam lima sampai 10 tahun menjadi lebih cepat karena situsi sulit,” katanya.
Pasar Tokopedia dan Gojek yang Direbut oleh Shopee - Grab
CEO perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works, Li Jianggan menilai bahwa mengintegrasikan bisnis yang digabungkan bisa jadi sulit. Apalagi, untuk sektor yang berbeda dan tanpa pihak yang memimpin secara jelas.
Sedangkan selama ini, Tokopedia memanfaatkan Gojek dan Grab untuk pengiriman barang. Dari sisi pembayaran, Tokopedia dan Grab berinvestasi di OVO. “Merger ini, dalam dua kata, sangat kompleks,” demikian kata Li dalam kolom opini di SCMP, akhir pekan lalu (7/1).
Meski begitu, ia mengatakan bahwa Tokopedia dan Gojek kehilangan uang dan pangsa pasar. “Menggalang dana tambahan dari pasar swasta menjadi sangat sulit, dan SoftBank, investor utama Tokopedia, secara terbuka mengatakan tidak akan menalangi perusahaan portofolio mana pun,” demikian dikutip.
Oleh karena itu, menurutnya kedua perusahaan mencari cara untuk lolos dari situasi ini. Salah satu caranya dengan mengkaji merger. “Supaya merger masuk akal, entitas gabungan tidak hanya membutuhkan cerita, tetapi juga jalur yang layak untuk menangkis persaingan, mencapai profitabilitas, dan kemampuan mengeksekusi dengan baik,” demikian dikutip.
Seperti disebutkan sebelumnya, sumber DealStreetAsia mengatakan bahwa Tokopedia kemungkinan bakal melepas saham di OVO, jika jadi merger dengan Gojek. Ini karena decacorn Indonesia memiliki GoPay.
Berdasarkan laporan terakhir DealStreetAsia, Tokopedia memiliki 36,1% saham di induk OVO, Bumi Cakrawala Perkasa. Co-founder yakni Leontinus Alpha Edison dan William Tanuwijaya juga mempunyai 5% saham, melalui PT Wahana Innovasi Lestari yang diakuisisi dari Grab pada Februari 2020. Sedangkan Grab Inc menguasai 39,2% saham.
Riset DailySocial menunjukkan bahwa GoPay menempati peringkat teratas pada tahun lalu. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:
Sedangkan data Bank Indonesia (BI), OVO menguasai pasar uang elektronik di Indonesia yakni 20% pada 2019. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
2015 | 2019 | ||
Perusahaan | Pangsa pasar % | Perusahaan | Pangsa pasar % |
Bank Mandiri | 20 | OVO | 20 |
BCA | 19 | Bank Mandiri | 19 |
XL Axiata | 19 | GoPay | 19 |
BRI | 10 | DANA | 10 |
Telkomsel | 10 | BCA | 10 |
Bank Mega | 1,1 | BRI | 6,3 |
BNI | 1 | LinkAja | 5,8 |
Bank DKI | 0,8 | ShopeePay | 3,7 |
Indosat | 0,4 | BNI | 1,3 |
CIMB Niaga | 0,1 | Doku | 1,2 |
Sumber: BI
Senada dengan Li Jianggan, analis dari perusahaan riset dan konsultan M2insights yang berbasis di Singapura menyampaikan bahwa Tokopedia dan Gojek telah kehilangan pangsa pasar di Indonesia dari Shopee dan Grab.
“Kami belum melihat bagaimana produk mereka saat ini akan saling melengkapi. Meski demikian, kami memperkirakan kedua perusahaan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan pangsa pasar e-commerce, pesan-antar makanan, dan berbagi tumpangan di Indonesia,” katanya dikutip dari DealStreetAsia, pekan lalu (22/1).
Di Indonesia, Shopee memimpin dari sisi jumlah kunjungan. Angkanya tertera pada Databoks berikut:
Riset Snapcart dan MarkPlus, jumlah transaksi ShopeePay lebih banyak dibandingkan OVO dan GoPay selama Juni Agustus 2020. Hasil survei Snapcart dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Hasil survei Snapcart selama September-Desember dan Ipsos pada Oktober 2020 pun menunjukkan, ShopeePay memimpin layanan pembayaran digital di Nusantara di masa pandemi Covid-19.
Sedangkan pangsa pasar Grab di bidang pesan-antar makanan dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Namun, pengacara teknologi di firma hukum global Withers, Joel Shen menilai bahwa membentuk perusahaan induk bagi Gojek dan Tokopedia merupakan yang paling ideal. Keduanya dapat menghindari dua situasi sulit yakni berkenaan dengan ketidaksetaraan dan persoalan hukum.
Selain itu, struktur tersebut memungkinkan kedua startup jumbo mempertahankan pangsa pasar dan memperbesar akses ke ekosistem satu sama lain.