Bos IMF: Harga Karbon Harus US$ 75/Ton untuk Capai Target Iklim Global

123RF
Ilustrasi emisi karbon.
Penulis: Happy Fajrian
8/11/2022, 11.35 WIB

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengataakan bahwa dibutuhkan harga karbon US$ 75 atau Rp 1,2 juta per ton pada akhir dekade ini agar tujuan iklim global dapat tercapai.

Berbicara disela-sela konferensi iklim PBB, Conference of The Parties ke-27 (COP27) di Sharm el-Sheikh, Mesir, Georgieva menyebut laju perubahan dalam ekonomi masih terlalu lambat untuk menyediakan insentif yang dibutuhkan untuk mencapai target iklim global.

Analisis terbaru IMF menunjukkan bahwa total nilai komitmen nasional secara global untuk menurunkan emisi turun 11% pada pertengahan abad ini.

“Kecuali jika kita memperkirakan harga karbon pada lintasan yang membuat kita setidaknya mencapai harga rata-rata US$ 75 per ton karbon pada 2030, kita sama sekali tidak menciptakan insentif bagi bisnis dan konsumen untuk beralih,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (8/11).

Sementara beberapa wilayah seperti Uni Eropa telah menetapkan harga karbon lebih tinggi, yakni sekitar 76 euro per ton. Namun di Amerika, seperti negara bagian California, harga karbon hanya sekitar US$ 30 atau sekitar Rp 470 ribu per ton. Beberapa negara malah tidak ada harga sama sekali.

“Masalahnya adalah bahwa di banyak negara, tidak hanya di negara-negara miskin, di seluruh dunia, penerimaan polusi harga masih rendah,” katanya, situasi yang diperburuk oleh lingkungan biaya hidup yang tinggi saat ini.

Tapi Georgieva mengatakan ada rute berbeda yang bisa diambil suatu negara. Penghasil emisi terbesar kedua di dunia, Amerika Serikat, misalnya, tidak mungkin menetapkan harga karbon nasional mengingat oposisi politik yang keras terhadap pajak karbon dan sistem 'cap-and-trade'.

“Fokus saja pada kesetaraan. Apakah AS memilih untuk mengenakan biaya karbon melalui regulasi dan rabat daripada melalui pajak atau perdagangan, itu tidak masalah. Yang penting adalah harga yang setara,” ujarnya.

Dia mengutip proposal IMF untuk harga dasar karbon dan proposal yang dilontarkan oleh Jerman tentang 'klub karbon' dari ekonomi terbesar dunia, yang akan mengoordinasikan bagaimana anggota mengukur dan menentukan harga emisi karbon dan memungkinkan kerja sama dalam memangkas emisi di sektor industri terbesar.

“Apakah akan ada terobosan di COP ini atau setelahnya, itu harus disegerakan karena kita hampir kehabisan waktu untuk sukses dalam transisi ini,” kata Georgieva.