Heboh Nikuba, Bos Tesla Elon Musk Sebut Bahan Bakar Hidrogen Konyol

Istimewa
CEO Tesla Elon Musk beranggapan penggunaan sel bahan bakar hidrogen untuk mobil tak masuk akal.
Penulis: Happy Fajrian
24/5/2022, 12.47 WIB

Saat ini Indonesia dihebohkan dengan alat nikuba temuan warga asal Cirebon, Jawa Barat, yang menggunakan air sebagai pengganti BBM untuk kendaraan bermotor. Alat ini mengkonversi air (H2O) menjadi hidrogen dengan memisahkan molekul hidrogen dalam air yang kemudian diinjeksikan ke dalam ruang pembakaran mesin motor.

Konsep yang ditawarkan nikuba berbeda dengan kendaraan berbahan bakar hidrogen yang sudah berkembang dan dijual di dunia, salah duanya oleh Toyota dan Hyundai. Sejumlah pabrikan besar lainnya seperti BMW dan Daimler Truck juga berencana mengembangkan kendaraan hydrogen fuel cell atau sel bahan bakar hidrogen.

Kendaraan hidrogen yang dikembangkan dua raksasa otomotif dunia tersebut menggunakan penggerak motor listrik alih-alih mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE), mirip mobil listrik baterai.

Namun kendaraan berbahan bakar hidrogen atau lebih tepatnya hydrogen fuel cell memproduksi listrik secara on board untuk menggerakkan motor listrik. Emisi yang dihasilkan berupa uap air dan udara hangat.

Terkait dengan hidrogen dan sel bahan bakar hidrogen, CEO Tesla Elon Musk punya pandangan yang kuat. Dia menilai penggunaannya untuk kendaraan bermotor sangat konyol karena faktor yang ia anggap sebagai kelemahan utama bahan bakar bebas emisi ini.

“Sangat sulit untuk memproduksi dan menyimpan hidrogen, dan menggunakannya untuk mobil. Hydrogen fuel cell terbaik saat ini masih kalah dengan baterai, sehingga, sangat jelas itu tidak masuk akal,” ujarnya beberapa tahun lalu, dikutip dari CNBC.com, Selasa (24/5).

Menurutnya inferioritas hidrogen dibandingkan dengan baterai akan semakin terlihat seiring waktu. “Tidak ada alasan bagi kita untuk mendebatkan ini, saya sudah mengatakan pendapat saya tentang ini, itu (kelemahan hidrogen) akan menjadi sangat jelas seiring berjalannya waktu,” tambahnya.

Pandangan orang terkaya dunia ini tentang hidrogen sepertinya ajeg. Pada Juni 2020 dia mencuit melalui akun Twitter-nya @elonmusk, “fuel cells=fool sells”. Sebulan kemudian ia mencuit lagi “hydrogen fool sells make no sense”.

Musk tidak sendirian terkait penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar untuk mobil. CEO Volkswagen Group, Herbert Diess juga memiliki pandangan serupa.

“Sudah saatnya para politisi menerima fakta ilmu pengetahuan. Hidrogen hijau dibutuhkan untuk (industri) baja, kimia, penerbangan, tidak untuk mobil. (Karena) terlalu mahal, tidak efisien, lambat dan sulit untuk disimpan dan dikirim. Lagipula, tidak ada mobil hidrogen yang terlihat (di jalanan),” ujarnya.

Meski demikian, tidak semua berpandangan seperti Musk dan Diess. Toyota dan Hyundai saat ini telah memproduksi kendaraan berbahan bakar sel hidrogen.

BMW Group juga telah mengujicoba kendaraan yang menggunakan penggerak sel bahan bakar hidrogen. Pabrikan asal jerman ini menilai sel bahan bakar hidrogen memiliki potensi jangka panjang sebagai pelengkap kendaraan ICE, kendaraan listrik plug-in hybrid dan baterai.

“Mobil fuel cell pasti akan berperan dalam dekarbonisasi sektor transportasi. Dan seiring infrastruktur pengisian bahan bakar berkembang, kendaraan sel bahan bakar hidrogen akan menawarkan transportasi listrik alternatif yang nyaman,” kata juru bicara Toyota.

Mobil sel bahan bakar hidrogen buatan Toyota, Mirai. (Toyota.com)

Sedangkan penggunaan hidrogen sebagai alternatif bahan bakar fosil akan semakin luas mulai dari pemanas ruangan, penerangan, logistik, angkutan massal dan industri berat.

“Jangkauan penggunaan hidrogen akan meningkat, memungkinkan pasokan listrik yang lebih murah dan efisien, dan kita akan melihat semakin banyak mobil, bus, kereta api, dan truk bertenaga hidrogen,” ujar juru bicara itu.

Sementara itu CEO Daimler Truck, Martin Daum, memiliki pandangan berbeda. “Kami memilih keduanya (mobil listrik baterai dan sel hidrogen). Karena keduanya masuk akal. Terlalu berisiko bagi perusahaan seukuran kami untuk hanya menggunakan satu teknologi saja,” ujarnya.

Menurut Daum, hidrogen bisa saja unggul dalam transportasi yang lebih berat, untuk kebutuhan logistik jarak jauh, serta membutuhkan pengisian bahan bakar yang cepat.

Sementara itu raksasa transportasi Eropa, Alstom, telah mengembangkan kereta penumpang pertama di dunia yang ditenagai oleh sel bahan bakar hidrogen. Mereka juga berencana mengoperasikan penerbangan komersial hidrogen-listrik antara London dan Rotterdam pada 2024.