Terdongkrak Bursa Amerika, IHSG Naik 0,5% di Pekan Terakhir 2018

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Presiden Joko Widodo (dua dari kanan) secara resmi melakukan penutupan perdagangan pasar modal seiring berakhirnya 2018 di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan (28/12). Penutupan tersebut dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Ketua OJK Wimboh Santoso, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Wakil Ketua DK OJK Nurhaida dan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi.
Penulis: Happy Fajrian
31/12/2018, 04.12 WIB

Kekhawatiran investor sangat beralasan, pasalnya, pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III tahun ini hanya 3,4% atau lebih rendah dari prediksi ekonom dan pelaku pasar sebesar 3,5%. Tidak hanya itu, capaian tersebut juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II yang mencapai 4,2%.

(Baca juga: IHSG Turun 2,5% Selama 2018, Jokowi: Bursa Kita Terbaik Kedua di Dunia)

Jika perekonomian AS melambat, maka pertumbuhan ekonomi global juga akan melambat. Pasalnya rilis data ekonomi Tiongkok juga menunjukkan pelemahan. Data terakhir terkait profit perusahaan manufaktur Tiongkok pada bulan November menunjukkan penurunan sebesar 1,8% secara tahunan yang merupakan penurunan pertama sejak Desember 2015.

Menurut proyeksi International Monetary Fund (IMF) ekonomi Tiongkok tahun ini akan tumbuh 6,6% atau melambat dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,9%. Sementara itu ekonomi AS tahun ini akan tumbuh 2,9% namun akan melambat menjadi 2,5% pada 2019.

Kemudian Bank Sentral Eropa juga telah merevisi kebawah proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan benua biru sebesar 0,1% untuk tahun ini menjadi 1,9% dan tahun depan menjadi 1,8%.

Perseteruan antara Presiden AS Donald Trump dan bos The Fed Jerome Powell semakin panas turut membuat investor semakin was was. Bahkan Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk melengserkan Powell dari posisinya. walaupun sebenarnya Trump tidak memiliki otoritas untuk memecat Powell.

(Baca: Gelombang Kritik Trump ke Jerome Powell Akibat Kebijakan Bunga The Fed)

Kondisi di AS saat ini pun tengah kacau dengan penutupan sebagian layanan publik di AS sejak Jumat 21 Desember 2018. Penutupan ini karena anggaran untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko yang diminta Trump sebesar US$ 5 miliar tidak dikabulkan oleh kongres. Dan Trump sudah menegaskan bahwa penutupan akan terus berlangsung hingga permintaannya tersebut dikabulkan oleh kongres.

Sementara itu perkembangan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok banyak menemui batu sandungan, walaupun sebelumnya perundingan telah menghasilkan beberapa kesepakatan. Terakhir, Trump berencana untuk mengeluarkan kebijakan eksekutifnya untuk mendeklarasikan kondisi darurat nasional yang akan melarang perusahaan asal AS menggunakan perangkat komunikasi buatan Tiongkok seperti Huawei dan ZTE.

Jika kebijakan tersebut benar dikeluarkan, maka prospek negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok akan kembali suram. Padahal perekonomian kedua negara sudah terkena dampak dari perang dagang.

Halaman: