Potensi Besar Bisnis IFG Life Penerus Jiwasraya

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Penulis: Ihya Ulum Aldin
20/10/2020, 16.03 WIB

IFG Life juga bakal kedatangan portofolio dari nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang sudah direstrukturisasi. Nasabah Jiwasraya yang gagal bayar, bakal direstrukturisasi besar-besaran, terutama untuk nasabah dengan polis asuransi berjenis bancassurance, yaitu JS Saving Plan.

Restrukturisasi ini salah satunya untuk menurunkan janji bunga menjadi jauh lebih rendah dari sebelumnya. Nantinya, nasabah Jiwasraya akan dialihkan menjadi berada di bawah IFG Life. IFG Life mengambil nasabah yang sudah direstrukturisasi agar portofolionya dan liabilitas yang sehat.

"Sehingga pemegang polis merasa aman sesudah menjadi bagian IFG Life, semua kewajiban akan bisa dipenuhi," kata Pantro.

Sementara, untuk penempatan investasi, Pantro mengaku belajar dari kesalahan yang dilakukan beberapa asuransi sebelumnya dari sisi manajemen investasi maupun tata kelola. Manajemen risiko yang akan dijalankan akan lebih memperhatikan prinsip kehati-hatian.

IFG Life sudah disiapkan dalam 4-5 bulan terakhir dan ditargetkan bisa terbentuk pada Desember 2020. Bukan hanya soal perizinan, persiapan operasional, model bisnis, sumber daya manusia, dan teknologi juga sudah disiapkan.

Bahana, Induk Holding IFG Beraset Rp 72,5 triliun

IFG ditetapkan sebagai holding perasuransian dan penjaminan BUMN, merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2020 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam Modal Saham PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) yang sekarang menjadi IFG. Dengan konsolidasi, BPUI memiliki aset Rp 72,5T per Maret 2020 dengan sembilan anggota holding.

Anggota holding tersebut di antaranya PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Jasa Raharja, dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Bahana Sekuritas, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Artha Ventura, PT Grahaniaga Tata Utama dan PT Bahana Kapital Investa.

Dengan penggabungan ini aset IFG mencapai Rp 36,7 triliun dengan total pendapatan Rp 4,2 triliun dan laba bersih Rp 536 miliar. Padahal, saat masih bernama Bahana, total asetnya hanya Rp 4,7 triliun dengan ekuitas Rp 1,3 triliun. Pendapatan Bahana pun hanya Rp 127 miliar dan laba bersihnya Rp 19 miliar.

Karena banyaknya anggota holding di bawahnya, IFG mengemban peran tidak hanya sebagai strategic holding, namun juga sebagai quasi operating holding. Holding ini sudah melakukan perumusan strategis, seperti refocusing segmen produk di masing-masing anak perusahaan.

"Sebelum bergabung, asuransi-asuransi ini kadang perang harga, terjadi kompetisi. Setelah bergabung dengan holding, ini menjadi tugas utama holding mencocokan produk tertentu agar bisa menjadi unggulan dari masing-masing anak perusahaan," kata Direktur Keuangan dan Umum IFG Rizal Ariansyah.

Selain itu, dengan adanya holding, bisa meningkatkan kredibilitas karena memiliki modal yang jauh lebih besar. Sehingga IFG bisa memaksimalkan manajemen investasi untuk membangun investasi di antara anak-anak usaha agar mendapatkan yield yang lebih tinggi dengan mengedepankan prudensial.

Halaman: