Rupiah Diprediksi Melemah Meski Neraca Dagang RI Surplus Jumbo
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 32 poin ke level Rp 14.930 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah didorong ekspektasi pasar terhadap kebijakan Ban Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, yang akan menaikkan suku bunga acuan The Fed hingga 100 basis poin.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 14.938 pada pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.898 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Pelemahan dialami dolar Taiwan 0,39%, won Korea Selatan 0,16%, peso Filipina 0,35%, rupee India 0,33%, yuan Cina 0,32% dan baht Thailand 0,09%. Sebaliknya yen Jepang menguat 0,18% bersama dolar Hong Kong dan Singapura masing-masing 0,01% serat ringgit Malaysia yang stagnan.
Inflasi AS tekan rupiah
Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah masih akan tertekan oleh sentimen kenaikan bunga The Fed yang agresif. Rupiah kemungkinan melemah ke arah Rp 14.920, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.850 per dolar AS.
"Di pasar kini berkembang ekspektasi kenaikan suku Bunga acuan sebesar 100 bps di September karena tingkat inflasi AS yang masih tinggi pada bulan Agustus," kata Ariston dalam risetnya, Jumat (16/9).
Berdasarkan pemantauan CME FedWatch, probabilitas The Fed menaikkan bunga hingga 100 bps pada pemantauan kemarin sebesar 24%. Sementara, 76% pasar masih berekspektasi bunga acuan naik 75 bps.
Pasar pekan lalu hanya memperkirakan bunga acuan naik antara 50-75 bps, dengan probabilitas kenaikan 75 bps nyaris 90%. Namun, ekspektasi pasar berubah setelah rilis data inflasi AS periode Agustus yang rilis pekan ini.
Inflasi naik 0,1% secara bulanan, meski secara tahunan terpantau sedikit turun ke 8,3% dari bulan sebelumnya 8,5%. Realisasi ini di atas perkiraan Dow Jones, indeks harga konsumen (IHK) yang diramal deflasi 0,1% secara bulanan dan inflasi tahunan turun ke 8%.
Surplus neraca dagang topang pelemahan Rupiah
Dari dalam negeri, Ariston melihat data neraca dagang yang kembali surplus jumbo untuk bulan Agustus bisa menahan pelemahan rupiah. Neraca dagang surplus US$ 5,76 miliar, ekspor dan impor mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah secara nominal.
Nilai ekspor Agustus 2022 mencapai US$27,91 miliar atau naik 9,17 persen dibanding ekspor Juli 2022. Dibanding Agustus 2021 nilai ekspor naik sebesar 30,15 persen.
Analis DCFX, Lukman Leong, juga melihat rupiah masih akan tertekan hari ini. Kurs garuda diramal bergerak di rentang Rp 14.850-Rp 15.000 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan akan kembali tertekan oleh ekspektasi suku bunga bank sentral dunia, dengan yield US Treasury tenor dua tahun kembali mencapai level tertinggi baru sejak November 2007," kata Lukman dalam risetnya.