E-Commerce Ibarat Pertandingan Tinju, Perlu Diatur meski Akan Melambat

Katadata/Joshua Siringo ringo
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi
Penulis: Pingit Aria
14/3/2021, 10.45 WIB

Di e-commerce, interaksi penjual pembeli tidak diatur. Ibarat pertandingan tinju, ini liar. Banyak pengusaha UMKM terhempas karena tidak ada equal playing field.

Di Indonesia, produksi harus ada SNI, ada izin edar, ada ini itu. Sedangkan di Tiongkok, terkadang dalam suatu studi ditunjukkan bahwa produk tekstilnya dibuat dari limbah, dijahit saja sama mereka. Kita tidak pernah tahu dan sampai ke Indonesia. Itu akan kami atur. Pak Jokowi sangat menyayangkan.

Bagaimana isi peraturannya? Apakah akan ada ketentuan seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) atau melarang barang impor, atau pembatasan lainnya?

Yang pasti saya ingin menciptakan marketplace yang adil, setara dan sejajar. Kami harus pastikan penjual asing dan domestik punya tanggung jawab sama. Perdagangan itu harus adil dan bermanfaat.

Transaksi e-commerce Indonesia tumbuh pesat, terutama saat pandemi. Bagaimana Anda memastikan regulasi  itu nantinya tidak kontraproduktif karena menghambat pengembangan ekonomi digital di Tanah Air?

Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tetapi, sebagaimana pertandingan tinju juga, kalau diatur tentunya akan terjadi ada perlambatan. Tetapi dengan begitu kita bisa memastikan pertarungannya selevel dan setara, adil. Kalau anda tidak mau perlambatan tapi di saat yang bersamaan terjadi pertandingan yang tidak seimbang dan sejajar, ini juga menjadi permasalahan.

Terkait dengan kebutuhan beras nasional. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah membuka izin impor satu juta ton beras. Bagaimana realisasinya nanti?

Saya ingin mengingatkan bahwa kami bicara mengenai iron stock, cadangan utama pemerintah untuk perberasan. Iron stock ini ada angkanya, kami ingin itu tetap terjaga.

Iron stock dipakai saat emergency. Dulu ada Raskin, lalu Rastra, sekarang obyektif pemerintah adalah untuk operasi pasar. Saya selalu bilang jumlah, harga, dan waktu ada di tangan saya. Saya hanya akan memakai (impor) itu pada saat tertentu untuk intervensi pasar.

Jadi bukan beras komersial yang akan dijual bebas?

Bulog ada Cadangan Beras Pemerintah (CBP), ada yang sesuai kebutuhan pasar. Untuk itu, spesifikasinya jelas yakni beras medium. Sedangkan kebutuhan pasar ada beras premium. Masalahnya, saat kebutuhan atas beras premium ini tidak bisa dipenuhi, harga akan naik dan mendorong inflasi.

Artinya, sebagian (impor) berupa beras premium, sebagian untuk kebutuhan khusus, ini akan diputuskan oleh Bulog. Yang pasti, semuanya dilakukan untuk menjaga agar harga tidak naik.

Sebentar lagi akan masuk masa panen, Bagaimana Anda memastikan agar beras impor tidak mengganggu penyerapan beras petani lokal?

Penyerapan beras oleh pemerintah lewat Bulog itu sudah jelas dari tahun ke tahun antara 1,4 juta-1,6 juta ton. Ini akan dikerjakan juga. Pemerintah tidak akan menghancurkan harga beras petani dengan cara memastikan bahwa tidak ada beras (impor) keluar (dari Bulog) ketika masa panen.

Saat ini harga daging sapi Australia tinggi. Bagaimana pemerintah mencari alternatif untuk impor?

Itu masalah saya sekarang. Impor dr Australia masih terjadi meski tidak masif. Di Australia yang biasanya harga daging sapi AU$ 2,3-2,8 per kilogram, hari ini sudah di atas AU$ 4 per kilogram. Artinya (di Indonesia) daging sapi harganya akan tinggi sekali di waktu puasa sampai lebaran.

Saya rapat tiap minggu 2-3 kali untuk memastikan suplai terdistribusi dengan baik. Ini penting karena kami negara kepulauan yang kalau distribusi tidak berjalan dengan baik, disparitas harga akan terjadi.

Kami juga mengantisipasi kenaikan konsumsi. Di Aceh misalnya, waktu bulan puasa mereka makan daging dua kali lebih banyak dari biasa. Jadi saya ingin memastikan izin impor berjalan dengan baik, juga mencari alternatif suplai untuk kebutuhan daging kita.

Di masa lalu terjadi pertentangan antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian terkait dengan impor bahan pangan. Bagaimana sekarang, apakah sudah satu frekuensi?

Saya ini laporan ke Pak Menko Perekonomian seminggu bisa dua kali baik langsung atau lewat telepon. Karena masalahnya cukup pelik saya bersama Menteri Pertanian juga menghadap ke Pak Menko seminggu sekali untuk memastikan Beliau tahu masalah yang ada dan mencari jalan keluar. Kami sekarang result oriented dan mudah-mudahan bisa dilihat juga sekarang hubungannya lebih harmonis.

Kembali ke topik perdagangan digital, di Tiongkok sempat ada masalah dengan Alibaba sampai Jack Ma menghilang. Apakah ini juga menjadi perhatian Anda sebagai Menteri Perdagangan?

Karena saya ini wasit, jadi saya pelajari juga tren internasional. Waktu Jack Ma menghilang, salah satu tuduhan pemerintah Tiongkok adalah Alibaba ini menyelenggarakan (perdagangan ) hulu sampai hilir. Winners take all. Kalau negara se-advance Tiongkok mempunyai kekhawatiran atas adanya satu orang yang menguasai hajat hidup orang banyak, ini tentunya juga menjadi concern saya.

Persaingan yang tidak sehat itu berbahaya. Apalagi kalau terjadi monopoli, oligopoli, harga akan melonjak ke mana-mana. Ketika kita tidak menjaga pasar ini, korbannya adalah industri, terutama UMKM.

Halaman: