Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat baru saja menyepakati penambahan kuota subsidi BBM. Penambahan kuota subsidi bahan bakar minyak ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat pada 2022.

Peningkatan kuota berlaku untuk Pertalite, solar subsidi, dan minyak tanah. Kuota Pertalite bertambah 5,45 juta kiloliter (kl) dari 23,05 juta kl menjadi 28,5 juta kl. Kuota solar subsidi bertambah 2,29 juta kl dari 15,1 juta kl menjadi 17,39 juta kl. Terakhir, kuota subsidi minyak tanah bertambah 0,1 juta kl menjadi 0,58 juta kl.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bertambahnya kuota subsidi Pertalite juga didasari oleh naiknya harga Pertamax dari Rp 9.500 per liter menjadi Rp 12.500-13.000 per liter. Disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite membuat konsumen beralih.

“Kita ambil contoh kemarin dengan kenaikan (harga) Pertamax, di lapangan terjadi penurunan konsumsi Pertamax, tapi di sisi lain terjadi kenaikan konsumsi Pertalite,” kata Arifin dalam rapat bersama Komisi VII DPR pada Rabu, 13 April lalu.Indonesia adalah salah satu negara pemberi subsidi BBM terbesar di dunia. Pada 2020, data International Energy Agency (IEA) menunjukkan subsidi BBM Indonesia mencapai US$ 2,44 miliar. Ini membuat Indonesia menjadi pemberi subsidi BBM terbesar keenam di dunia.

Dalam daftar tersebut, Indonesia juga menjadi satu-satunya negara pengimpor bersih (net importer) minyak bumi. Hal ini karena nilai impor minyak bumi Indonesia lebih besar daripada nilai ekspornya. Pada 2020, nilai impor bersih minyak bumi Indonesia mencapai US$ 7,68 miliar.