Advertisement
Advertisement
Analisis | Anak di Indonesia Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19 Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Anak di Indonesia Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Jumlah kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia lebih tinggi daripada Amerika Serikat dan India ,yang merupakan dua negara dengan total kasus positif tertinggi di dunia.
Dimas Jarot Bayu
31 Desember 2020, 10.30
Button AI Summarize

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sistem kesehatan di negeri ini belum siap menghadapi pandemi, terutama dalam melindungi anak-anak. Padahal, untuk menanggulangi pandemi sangat membutuhkan kesiapan sistem dan infrastruktur kesehatan.

Lebih lanjut, banyak anak di Indonesia memiliki penyakit penyerta atau komorbid yang dapat memperparah kondisi mereka ketika terinfeksi corona. Salah satu penyakit penyerta yang kerap diderita anak-anak adalah pneumonia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 505.331 balita menderita pneumonia pada 2018. Rinciannya, 167.665 penderita pneumonia berusia kurang dari satu tahun dan 337.666 orang berumur 1-4 tahun.

Dari jumlah tersebut, 425 balita telah meninggal dunia akibat pneumonia. Rinciannya, 268 anak berusia kurang dari satu tahun dan 157 lainnya berusia 1-4 tahun.

Pneumonia adalah penyakit peradangan paru-paru akibat infeksi. Kondisi tersebut bisa bertambah buruk ketika seorang anak terinfeksi Covid-19 yang juga menyerang saluran pernapasan.  

IDAI juga menilai masih banyaknya anak bermain di luar rumah selama masa pandemi. Hal tersebut mengingat mayoritas atau 47% anak merasa bosan ketika harus terus tinggal di rumah.

Padahal, penerapan protokol kesehatan 3M, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan di tengah masyarakat masih cukup rendah yang membuat anak-anak rentan terinfeksi Covid-19 dari orang dewasa.  

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 4-7 November 2020 mencatat, baru 47% masyarakat Indonesia yang selalu memakai masker saat keluar rumah. Jumlah responden yang selalu menjaga jarak fisik dalam pergaulan sehari-hari pun baru mencapai 35%. Sementara, responden yang selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir hanya mencapai 43%.

Ditambah lagi, belum seluruh anak di negeri ini mendapat imunisasi lengkap (DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali, BCG 1 kali, dan hepatitis B 3 kali) ketika balita. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat baru 53,07% anak umur 12-23 bulan pada kelompok masyarakat 40% ekonomi terbawah yang menerima imunisasi lengkap.

Tanpa imunisasi lengkap, sistem kekebalan tubuh anak-anak menjadi lebih rentan terinfeksi virus dan bakteri, termasuk Covid-19.   

Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan sejumlah hal untuk mencegah Covid-19 pada anak-anak. Pemerintah perlu meningkatkan pemeriksaan corona pada anak-anak. Dengan begitu, anak-anak tak perlu menunggu dalam kondisi berat ketika terinfeksi corona. Nyawa mereka bisa tertolong ketika mendapatan penanganan medis secara cepat.

Pemerintah juga mesti terus memberikan akses berbagai layanan kesehatan kepada anak-anak, meski di masa pagebluk. Selain itu, pemerintah harus terus menyosialisasikan disiplin penerapan protokol kesehatan di tengah masyarakat.

Lebih lanjut, IDAI menilai para orang tua harus mulai memperkenalkan perilaku 3M kepada anak selama di rumah. Hal tersebut perlu dilakukan secara bertahap dan berulang kali mengingat anak-anak masih dalam masa tumbuh kembang dan terus belajar.

Jika memang harus keluar rumah, maka orang tua harus bisa mengawasi kegiatan anak-anak. Jangan sampai kegiatan anak di luar rumah tanpa menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi