Advertisement
Advertisement
Analisis | Kapan Waktunya Membuka Lagi Pintu Turis Asing ke Bali? Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Kapan Waktunya Membuka Lagi Pintu Turis Asing ke Bali?

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Rencana pemerintah membuka kembali pintu kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali belum tentu mengerek sektor pariwisata. Sebaliknya, berpotensi meningkatkan lagi penularan kasus Covid-19.
Andrea Lidwina
8 Maret 2021, 09.59
Button AI Summarize

“Kami ingin pekerja wisata yang hadir mendapatkan vaksin bisa memulai satu langkah yang kolosal dalam pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam jumpa pers daring pada Minggu (28/2).

Karena itu, pemerintah mulai merumuskan aturan dan program pariwisata di Bali. Misalnya, penalty for health protocol yang memungkinkan wisman dikenai sanksi administratif hingga deportasi apabila melanggar protokol kesehatan. Gubernur Bali I Wayan Koster juga tengah menyiapkan dua zona hijau, yakni Nusa Dua dan Ubud, yang minim risiko penularan virus corona dan boleh dikunjungi wisatawan.

Selanjutnya, program Free Covid Corridor yang masih dimatangkan. Melansir Antara, program ini akan membuka pintu masuk Bali untuk wisman dari beberapa negara pasar yang punya risiko penularan virus corona rendah, seperti Tiongkok dan Singapura.

Meski demikian, Bali belum bisa bergantung sepenuhnya pada kunjungan wisman. Alasannya, Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana I Gede Pitana mengatakan turis asing masih menghadapi sejumlah hambatan untuk datang ke Bali, seperti dikutip dari Kompas.com. Salah satunya, belum banyak negara yang mengizinkan warganya bepergian ke negara lain sehingga belum banyak pula penerbangan internasional ke pulau ini.

Dia menambahkan, kemampuan masyarakat dunia untuk berlibur pun masih terbatas karena kondisi ekonomi yang sulit. Mereka juga harus membayar sendiri kebutuhan tes Covid-19 dan karantina jika bepergian ke luar negeri.

Karena itu, Pitana menyarankan pemerintah mengutamakan pemulihan pariwisata melalui kunjungan wisatawan domestik. Hal ini sejalan dengan hasil survei GlobalWebIndex yang menunjukkan sebanyak 49% responden secara global lebih memilih destinasi liburan di dalam negeri ketika pandemi berakhir.

Selain itu, berdasarkan data BPS Bali, Kunjungan wisman hanya menyumbang 19% dari total kunjungan wisatawan ke Bali sepanjang 2020 yang sebanyak 5,7 juta orang. Sisanya adalah wisatawan domestik yang lebih berpotensi menyumbang perekonomian.

Kunjungan wisman ke Bali pun berpotensi meningkatkan lagi penularan Covid-19. Hal ini lantaran, berdasarkan data Kawal Covid-19, rasio lacak isolasi (RLi) di Bali hanya nol atau tak dasa sama sekali kasus terlacak. Dari data ini, pun bisa dikatakan bahwa penurunan kasus di Bali yang menjadi dasar pemerintah membuka kunjungan wisatawan semu belaka. 

Pemulihan pariwisata di Bali tak bisa dilakukan dalam sekejap. Setiap aturan dan program wisata perlu mempertimbangkan pandemi agar tidak mengembalikan Bali, bahkan Indonesia, pada kondisi yang semakin terpuruk. Dengan begitu, pariwisata Bali pun akan bisa bangkit perlahan, kembali mengisi jajaran destinasi internasional.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi