Dengan kesejahteraan yang menurun, pandemi diperkirakan memiliki dampak tidak langsung yang bersifat jangka panjang terhadap harapan hidup.
John Gibson dan Susan Olivia, peneliti dari Universitas Waikato di Selandia Baru, memperkirakan umur harapan hidup Indonesia akan 1,7 tahun lebih pendek dari yang seharusnya dalam jangka panjang. Ini berkaitan dengan pendapatan riil di masa depan yang diproyeksikan lebih rendah dari seharusnya.
Saat menyusun penelitian tersebut pada 2020, Gibson dan Olivia mengasumsikan Indonesia akan mencatat kontraksi 4% dalam produk domestik brutonya (PDB) pada tahun pertama pandemi. Kontraksi ini kira-kira dua kali lebih dalam dari kontraksi aktual.
Gibson dan Olivia menambahkan, potensi dampak tersebut juga disebabkan adanya gangguan terhadap program imunisasi. Kegagalan memberikan imunisasi kepada anak-anak tepat waktu, ditambah gizi yang buruk, bisa menghambat pertumbuhan mereka. Sementara itu, tubuh anak yang kerdil berkaitan dengan pendapatan yang lebih rendah saat mereka dewasa.
BPS melaporkan bahwa kira-kira 9,38% dari anak-anak berusia kurang dari dua tahun menunda pemberian imunisasi pada 2021. Kemudian 9,06% tidak diberikan imunisasi sama sekali. Di sisi lain, kira-kira tujuh dari 10 anak-anak dalam kelompok umur ini memilih pemberian imunisasi sesuai jadwal. Sisanya sudah menerima imunisasi lengkap.
BPS mencatat, sebagian besar dari anak-anak berusia antara 0 dan 23 bulan menunda atau tidak diberikan imunisasi karena khawatir terpapar Covid-19. Kira-kira 17,14% dari mereka menunda atau tidak diberikan imunisasi karena fasilitas kesehatan tidak beroperasi selama pandemi.
Pemerintah bertanggung jawab atas imunisasi dasar untuk bayi berusia kurang dari 1 tahun dan imunisasi lanjutan untuk anak-anak berusia kurang dari 2 tahun. Imunisasi dasar mencakup imunisasi untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC), hepatitis B, poliomyelitis, difteri, pertusis, tetanus dan campak.
Editor: Aria W. Yudhistira