Kemudian Prabowo maju sebagai calon presiden dalam pilpres 2014 dan 2019. Baik pada 2014 maupun 2019, dia kalah terhadap Joko Widodo (Jokowi), yang diusung oleh PDIP. Pangsa suara Prabowo dan calon wakil presidennya menyusut ke 44,68% pada 2019 dari 46,85% pada 2014.
Walaupun belum pernah menang, Prabowo berhasil memperkuat basis pemilihnya (lihat grafik). Pada 2019, Prabowo dan calon wakilnya, Sandiaga Uno, berhasil merebut tiga provinsi yang pada pemilihan sebelumnya mendukung Jokowi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Jambi. Sebaliknya, hanya Gorontalo yang berayun ke sisi Jokowi dari Prabowo.
Seiring dengan masuknya siklus pemilihan umum (pemilu) berikutnya, Prabowo telah membuat sejumlah manuver politik. Pada Agustus, dia dan pemimpin Partai Keadilan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengumumkan, kedua partai secara resmi berkoalisi untuk pemilu mendatang. Kedua pihak juga berencana untuk “memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang disepakati.”
Prabowo juga telah bertemu dengan Puan Maharani, Ketua Dewan Pengurus Pusat PDIP sekaligus Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Keduanya bertemu pada 4 September 2022 untuk membangun ruang komunikasi antarpartai menjelang pemilu 2024.
(Baca: Politik Berkuda Gaya Prabowo)
Baik Prabowo dan Puan, yang merupakan putri dari Megawati, sama-sama tidak menutup kemungkinan menjadi pasangan calon dalam pilpres mendatang. Namun, belum jelas siapa yang akan menjadi calon presiden jika keduanya berpasangan.
Sebagai calon wakil presiden, Prabowo tertinggal di belakang enam politisi lain dalam jajak pendapat dengan 31 nama politisi, berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil muncul sebagai pilihan calon wakil presiden paling populer dengan pangsa suara 16,6%. Seperti yang terlihat dalam pilpres sebelumnya, menentukan calon wakil presiden akan menjadi tantangan strategis tersendiri.
Editor: Aria W. Yudhistira