Advertisement
Advertisement
Analisis | GoTo Menambah Sengit Persaingan Bisnis Digital di Asia Tenggara - Analisis Data Katadata
ANALISIS

GoTo Menambah Sengit Persaingan Bisnis Digital di Asia Tenggara

Foto: Ilustrasi: Joshua Siringo Ringo/ Katadata
Merger Gojek dan Tokopedia memunculkan GoTo sebagai perusahaan digital terbesar di Indonesia. Ini menambah sengit persaingan ekonomi digital dengan Sea Group dan Grab di Asia Tenggara.
Andrea Lidwina
19 Mei 2021, 13.45
Button AI Summarize

Dua unicorn Indonesia, Gojek dan Tokopedia, resmi membentuk grup usaha gabungan bernama GoTo pada Senin, 17 Mei 2021. Dengan total nilai transaksi (gross transaction value/ GTV) mencapai lebih US$ 22 miliar (Rp 308 triliun) dari 1,8 miliar transaksi pada 2020, GoTo yang merupakan akronim keduanya akan menjadi grup perusahaan teknologi digital terbesar di Indonesia.

GoTo akan mengembangkan tiga lini usaha utama. Pertama, layanan on-demand yang terdiri dari produk-produk Gojek (GoRide, GoCar, GoFood, GoPlay, GoMed, dan lain-lain). Kedua, e-commerce yang meliputi berbagai produk Tokopedia (Tokopedia Salam, TokoCabang, Tokopedia Parents, dan sebagainya). Ketiga, layanan keuangan yang terdiri dari GoPay, GoSure, Moka, dan lain-lain.  (Baca: Merger Gojek-Tokopedia, Valuasi GoTo Masuk Daftar Tertinggi Global)

Artinya, GoTo ingin memfasilitasi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Data Euromonitor menyebutkan pengeluaran konsumsi untuk makanan dan minuman merupakan yang terbesar. Porsinya mencapai 25% pada tahun lalu, diikuti transportasi dan komunikasi (14%). Masyarakat juga menggunakan uangnya untuk keperluan rumah tangga (9%), kesehatan dan edukasi (6%), hotel dan wisata (6%), serta pakaian dan sepatu (2%).

Meski begitu, GoTo hadir di tengah persaingan sengit dalam pasar ekonomi digital nasional. Grab dan Shopee, misalnya, rival di masing-masing lini bisnis, telah berkembang pesat dan banyak digunakan di Indonesia. Mampukah merger Gojek dan Tokopedia mengalahkan para pesaing tersebut? (Baca: Peluang Merger Dua Unicorn Indonesia)

Saat ini, dari data internal perusahaan, valuasi GoTo sebesar US$ 18 miliar (Rp 252 triliun). gojek menyumbang US$ 10 miliar dan Tokopedia sekitar US$ 7 miliar. Grup usaha teknologi ini juga berencana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di bursa Jakarta dan Amerika Serikat pada akhir 2021. Valuasinya ditargetkan mencapai US$ 35-40 miliar (Rp 490-560 triliun) setelah diperdagangkan di pasar publik.

Dengan valuasi yang lebih tinggi, GoTo berharap mampu menyaingi kompetitor terbesarnya, yakni Sea Group dan Grab, seperti dikutip dari Bloomberg. Sea, perusahaan asal Singapura yang menaungi Shopee, sudah melantai di pasar modal AS sejak akhir 2017. Valuasinya melonjak dari US$ 4,9 miliar menjadi US$ 120 miliar. (Baca: Tentakel Bisnis Gojek)

Grab juga akan masuk ke bursa saham AS, melalui perusahaan hasil merger dengan Altimeter Growth, dan menargetkan peningkatan valuasi dari US$ 14 miliar menjadi US$ 39,6 miliar. Karena itu, penggabungan valuasi dan rencana IPO GoTo diharapkan dapat mengejar ketertinggalan valuasi dari Sea dan Grab, bahkan berpotensi menjadi lebih besar lagi.


Selain valuasi yang masih lebih rendah, Gojek dan Tokopedia memiliki jumlah pengguna yang sedikit lebih sedikit dibandingkan rivalnya. App Annie menyebutkan jumlah unduhan Gojek secara global sebesar 170 juta per Juni 2020, sedangkan Grab sudah mencapai 187 juta unduhan. Jumlah mitra pengemudi Gojek juga di bawah Grab, yakni dua juta orang berbanding 2,8 juta orang.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira