Dua unicorn Indonesia, Gojek dan Tokopedia, resmi membentuk grup usaha gabungan bernama GoTo pada Senin, 17 Mei 2021. Dengan total nilai transaksi (gross transaction value/ GTV) mencapai lebih US$ 22 miliar (Rp 308 triliun) dari 1,8 miliar transaksi pada 2020, GoTo yang merupakan akronim keduanya akan menjadi grup perusahaan teknologi digital terbesar di Indonesia.
GoTo akan mengembangkan tiga lini usaha utama. Pertama, layanan on-demand yang terdiri dari produk-produk Gojek (GoRide, GoCar, GoFood, GoPlay, GoMed, dan lain-lain). Kedua, e-commerce yang meliputi berbagai produk Tokopedia (Tokopedia Salam, TokoCabang, Tokopedia Parents, dan sebagainya). Ketiga, layanan keuangan yang terdiri dari GoPay, GoSure, Moka, dan lain-lain. (Baca: Merger Gojek-Tokopedia, Valuasi GoTo Masuk Daftar Tertinggi Global)
Artinya, GoTo ingin memfasilitasi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Data Euromonitor menyebutkan pengeluaran konsumsi untuk makanan dan minuman merupakan yang terbesar. Porsinya mencapai 25% pada tahun lalu, diikuti transportasi dan komunikasi (14%). Masyarakat juga menggunakan uangnya untuk keperluan rumah tangga (9%), kesehatan dan edukasi (6%), hotel dan wisata (6%), serta pakaian dan sepatu (2%).
Meski begitu, GoTo hadir di tengah persaingan sengit dalam pasar ekonomi digital nasional. Grab dan Shopee, misalnya, rival di masing-masing lini bisnis, telah berkembang pesat dan banyak digunakan di Indonesia. Mampukah merger Gojek dan Tokopedia mengalahkan para pesaing tersebut? (Baca: Peluang Merger Dua Unicorn Indonesia)
Saat ini, dari data internal perusahaan, valuasi GoTo sebesar US$ 18 miliar (Rp 252 triliun). gojek menyumbang US$ 10 miliar dan Tokopedia sekitar US$ 7 miliar. Grup usaha teknologi ini juga berencana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di bursa Jakarta dan Amerika Serikat pada akhir 2021. Valuasinya ditargetkan mencapai US$ 35-40 miliar (Rp 490-560 triliun) setelah diperdagangkan di pasar publik.
Dengan valuasi yang lebih tinggi, GoTo berharap mampu menyaingi kompetitor terbesarnya, yakni Sea Group dan Grab, seperti dikutip dari Bloomberg. Sea, perusahaan asal Singapura yang menaungi Shopee, sudah melantai di pasar modal AS sejak akhir 2017. Valuasinya melonjak dari US$ 4,9 miliar menjadi US$ 120 miliar. (Baca: Tentakel Bisnis Gojek)
Grab juga akan masuk ke bursa saham AS, melalui perusahaan hasil merger dengan Altimeter Growth, dan menargetkan peningkatan valuasi dari US$ 14 miliar menjadi US$ 39,6 miliar. Karena itu, penggabungan valuasi dan rencana IPO GoTo diharapkan dapat mengejar ketertinggalan valuasi dari Sea dan Grab, bahkan berpotensi menjadi lebih besar lagi.
Selain valuasi yang masih lebih rendah, Gojek dan Tokopedia memiliki jumlah pengguna yang sedikit lebih sedikit dibandingkan rivalnya. App Annie menyebutkan jumlah unduhan Gojek secara global sebesar 170 juta per Juni 2020, sedangkan Grab sudah mencapai 187 juta unduhan. Jumlah mitra pengemudi Gojek juga di bawah Grab, yakni dua juta orang berbanding 2,8 juta orang.
Kemudian, jumlah kunjungan bulanan situs Shopee berhasil menyalip Tokopedia dan menjadi yang tertinggi di Indonesia sejak kuartal IV-2019. E-commerce berwarna oranye itu kini masih memimpin perolehan tersebut dengan 129,3 juta kunjungan per bulan pada Oktober-Desember 2020, melampaui Tokopedia yang sebesar 114,7 juta kunjungan per bulan.
Meski begitu, grup GoTo berpotensi menambah angka-angka itu serta mengungguli Grab dan Shopee. Sebab, Gojek dan Tokopedia sebelumnya punya lini bisnis yang berbeda sehingga penggabungan keduanya bisa memperluas konsumen satu sama lain.
“Ini bisa menjadi win-win untuk kedua perusahaan,” kata pendiri The Smart Investor, David Kuo, seperti dikutip dari Channel News Asia. (Baca: Gojek dan Grab “Bersaing” Efisien Saat Pandemi)
Tokopedia, lanjut David Kuo, dapat mengakses jaringan pengemudi dan kendaraan dari Gojek untuk meningkatkan layanan pengiriman barang ke konsumen. “Sementara Gojek bisa menggunakan data dari e-commerce untuk menentukan kelayakan layanan keuangan,” kata dia.
Selain itu, seperti dilansir CNN Indonesia, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan, merger ini akan membuat pengiriman barang dari Tokopedia ke konsumen lebih cepat dan murah. Hal ini tentu kian menarik minat konsumen untuk menggunakan layanan GoTo.
Ambisi GoTo pun tidak terbatas pada pasar Indonesia, melainkan meluas ke Asia Tenggara. Sebelumnya, Gojek pun sudah beroperasi di Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. Artinya, persaingan grup ini dengan Sea Group dan Grab, yang sudah masuk lebih dulu ke lebih banyak negara di kawasan ini, masih akan berlangsung panjang.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2020, pengguna internet di Asia Tenggara naik menjadi 400 juta orang pada 2020. Rata-rata persentase pengguna baru terhadap total pengguna pun mencapai 36%.
Tak hanya itu, gross merchandise value (GMV) kawasan ini juga masih tumbuh 5% di tengah pandemi Covid-19 menjadi US$ 105 miliar. Nilainya diprediksi bisa mencapai US$ 309 miliar pada 2025.
Merger Gojek dan Tokopedia memiliki masa depan cerah. Hal ini mempertimbangkan layanan yang semakin banyak dan terintegrasi, serta pengguna internet yang terus bertambah. Posisi GoTo bisa bertambah kuat, tetapi persaingan dengan para rivalnya juga akan semakin sengit.
Editor: Aria W. Yudhistira