Pemerintah Kaji Subsidi BBM, Sri Mulyani: Dari Mana Anggarannya?

Aryo Widhy Wicaksono
26 Agustus 2022, 06:05
Menteri Keuangan Sri Mulyani
ANTARA FOTO/POOL/Fikri Yusuf/rwa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani

Pemerintah memberikan gambaran bahwa beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), akan semakin berat untuk menanggung beban subsidi energi, terutama menombok selisih harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar.

Kementerian Keuangan menghitung butuh tambahan anggaran mencapai Rp 198 triliun, agar harga BBM bersubsidi tidak dinaikkan.

  • Dari Mana Tambahan Anggaran untuk Subsidi BBM?

Menteri Keuangan Sri Mulyani belum dapat memastikan alokasi tambahan anggaran tersebut jika harga Pertalite dan Solar diputuskan tidak naik.

"Kita tidak mencabut subsidi, uang Rp 502 triliun ini akan habis kan. Pertanyaannya adalah mau tambah anggaran atau enggak? Kalau tambah, darimana anggarannya? Suruh ngutang?" ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI, Kamis (25/8).

Meski pemerintah belum memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi atau menambah subsidi. Menurut Sri Mulyani, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan anak buahnya untuk menghitung kebijakan BBM bersubsidi secara hati-hati.

Pada kesempatan ini, Sri Mulyani juga menyinggung soal subsidi ratusan triliun yang justru tidak tepat sasaran. Lebih dari 80% anggaran subsidi Pertalite selama ini dinikmati 30% penduduk terkaya di Indonesia.

Hal yang sama juga terjadi pada Solar yang kebanyakan dinikmti orang kaya dan dunia usaha. “Kurang dari 1 juta kilo liter solar yang mengalir ke orang miskin, dari total 15 juta kilo liter yang disubsidi pemerintah,” kata Sri Mulyani.

Simak penjelasan Sri Mulyani lebih lengkap di sini.

  • Besaran Beban APBN untuk Setiap Liter BBM Bersubsidi
KENDARAAN ANTRE UNTUK SOLAR SUBSIDI
KENDARAAN ANTRE UNTUK SOLAR SUBSIDI (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/rwa.)

 

Anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini diperkirakan tidak akan cukup hingga akhir tahun. Sri Mulyani menekankan, harga BBM bersubsidi dan LPG 3 kg yang ada saat ini sudah jauh dari harga keekonomiannya.

Dalam paparannya di depan anggota DPD RI, bendahara negara ini menyebut sudah menggelontorkan subsidi sebesar Rp 8.800 untuk setiap satu liter solar yang dinikmati masyarakat.

"Harga solar tetap Rp 5.150 per liter, padahal kalau harganya sesuai dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$ 100 per barel, dengan nilai tukar Rp 14.450, harga keekonomian solar itu harusnya Rp 13.950 per liter," jelas Sri Mulyani, Kamis (25/8).

Pemerintah menyediakan kuota solar bersubsidi sebanyak 15 juta kilo liter. Namun hingga akhir Juli, kuotanya sudah tersedot 9,88 juta kilo liter.

Ia memperkirakan jika laju konsumsinya masih sama seperti tujuh bulan terakhir, kuotanya akan habis dalam dua bulan ke depan.

Sri Mulyani juga mengatakan pemerintah telah memberikan subsidi untuk Pertalite sebesar Rp 6.800 per liter. Harga pertalite di pom bensin sebesar Rp 7.650 per liter dari harga keekonomian yang seharusnya di Rp 14.450 per liter.

Kuota Pertalite tersisa kurang lebih 6 juta kilo liter dan diperkirakan habis pada akhir bulan depan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said, Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...