Impor Barang Konsumsi Naik, Surplus Dagang Mei Mengecil

Yura Syahrul
15 Juni 2016, 15:57
No image

Neraca dagang Indonesia masih bisa mencatatkan surplus sebesar US$ 375,6 juta pada Mei lalu. Namun, nilainya cenderung terus mengecil sejak awal tahun ini seiring dengan peningkatan impor, khususnya impor barang konsumsi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca dagang Mei 2016 lebih rendah 43,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 662,3 juta. Jika dihitung sejak awal tahun ini, surplus neraca dagang mencapai US$ 2,7 miliar  atau lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 3,9 miliar.

Neraca dagang Mei 2016 masih bisa mencetak surplus meski pertumbuhan impor terus merangkak naik ketimbang ekspor. Kepala BPS Suryamin menyatakan, nilai ekspor Mei lalu mencapai US$ 11,5 miliar atau cuma naik 0,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, dibandingkan Mei 2015, nilai ekspor turun 9,6 persen.

Sedangkan nilai impor Mei 2016 mencapai US$ 11,1 miliar atau naik 3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, turun 4,1 persen jika dibandingkan Mei 2015.

Suryamin menjelaskan, nilai ekspor secara kumulatif sejak awal tahun mencapai US$ 56,6 miliar atau melorot 12,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Begitu pula dengan ekspor nonmigas yang ebesar US$ 51,3 miliar atau melorot 9 persen. (Baca: Neraca Dagang April Surplus tapi Kinerja Ekspor Terus Melorot)

Peningkatan ekspor Mei 2016 sebenarnya ditopang oleh kenaikan ekspor migas sebesar 7,4 persen. Sedangkan ekspor nonmigas malah turun 0,3 persen. Kenaikan ekspor migas disebabkan oleh lonjakan ekspor minyak mentah sebesar 30,2 persen. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga minyak Indonesia (ICP) sebesar 20 persen menjadi US$ 44,7 per barel. Sebaliknya, ekspor hasil minyak anjlok 17,2 persen.

Berdasarkan jenis barang, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Mei 2016 dibandingkan bulan sebelumnya terjadi pada benda-benda dari besi dan baja, yaitu 62,6 persen. Selain itu, ekspor perhiasan/permat naik 11 persen, bijih, kerak, dan abu logam meningkat 38,2 persen, dan pupuk melonjak 395,5 persen. Adapun penurunan terbesar ekspor pada mesin-mesin atau pesawat mekanik sebesar 17,6 persen.

(Baca: Neraca Pembayaran Defisit Tertekan Pelunasan Utang)

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...