Alasan Gojek dan Grab Serius Garap Bisnis Cloud Kitchen Saat Pandemi
Selama pandemi corona, masyarakat tidak diperbolehkan makan dan minum di restoran. Kondisi ini meningkatkan transaksi layanan pesan-antar makanan seperti GoFood dan GrabFood. Gojek dan Grab pun makin serius mengembangkan bisnis cloud kitchen.
Cloud kitchen merupakan istilah layanan restoran berbasis komputasi awan (cloud). Konsumen tidak bisa membeli dan menikmati makanan maupun minuman di restoran. Produk hanya dapat dipesan secara online.
Grab mengembangkan cloud kitchen yang disebut GrabKitchen sejak 2018. Sedangkan Gojek menamai layanannya Dapur Bersama, yang dikembangkan sejak akhir tahun lalu.
Decacorn asal Singapura, Grab menargetkan bisa membangun 50 GrabKitchen di Jakarta, Bandung, Medan, dan Bali hingga akhir 2019. Pada Februari lalu, mereka meresmikan lima cloud kitchen di Surabaya, Jawa Timur.
Grab juga menghadirkan GrabKitchen di Singapura. (Baca: Grab Luncurkan Cloud Kitchen Pertama di Singapura)
Sedangkan Gojek mempunyai 27 Dapur Bersama di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Medan dan Bandung. “Kalau semua lancar, semestinya akhir tahun bisa 100 lokasi,” kata co-CEO Gojek Andre Soelistyo saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/7).
Layanan cloud kitchen dinilai efisien dan efektif mendorong transaksi mitra penjual (merchant), utamanya saat pandemi Covid-19. Tidak heran jika Gojek dan Grab makin serius mengembangkan bisnis ini.
Dari sisi efisiensi, Gojek dan Grab mengandalkan insight dari data yang dikelola guna menentukan lokasi yang banyak peminatnya. Dengan begitu, kedua decacorn ini bisa mencari tempat yang biaya sewanya murah, namun potensi pembelinya tinggi.
(Baca: Tutup GoFood Festival, Gojek Target Buat 100 Dapur Bersama)
Dari sisi transaksi, Andre mengatakan bahwa porsi layanan pesan-antar makanan melonjak dari 20-30% menjadi 70-80% saat pandemi virus corona. “Jadi penjualan dengan delivery jauh lebih efisien,” ujar dia.
Peningkatan tersebut juga sesuai dengan hasil riset Facebook dan Bain and Company bulan lalu, sebagaimana tecermin pada Databoks berikut:
Chief of Public Policy and Government Relations Gojek Shinto Nugroho menambahkan, transaksi mitra yang bergabung di Dapur Bersama rerata meningkat 70%. “Saat masa pandemi ini, kami berupaya agar UMKM tidak kehilangan mata pencarian,” kata dia.
(Baca: Bersaing Ketat, Grab dan Gojek Rilis Menu Eksklusif dan Cloud Kitchen)
Hal senada disampaikan oleh Head of Marketing GrabFood Grab Indonesia Hadi Surya. Ia mengatakan, konsep cloud kitchen menawarkan beragam keunggulan yang mendorong bisnis kuliner untuk terus relevan bahkan saat penerapan tatanan kebiasaan atau normal baru (new normal).
Berdasarkan kajian Grab pada tahun lalu, GrabKitchen mengurangi waktu tunggu pelanggan. Sebab, rata-rata waktu pengantaran 25 menit. Mitra pengemudi juga menerima 40% lebih banyak penghasilan dari pesanan GrabFood.
“Cloud Kitchen dapat menekan biaya operasional, karena sebagian besar dari kegiatan cloud kitchen merupakan layanan delivery-only. Maka, mereka tidak perlu mengeluarkan investasi besar untuk biaya sewa tempat,” kata Hadi dalam siaran pers, pertengahan Juni lalu (12/6).
(Baca: Gojek Investasi Rp 70 M di Startup Restoran Delivery Rebel Foods India)
Gojek dan Grab sama-sama menyediakan lokasi dan peralatan dasar bagi merchant melalui layanan cloud kitchen. Kedua decacorn ini menerapkan skema bagi hasil, seperti yang berlaku untuk mitra di luar layanan cloud kitchen.
Kedua perusahaan itu juga sama-sama mengandalkan analisis data untuk menentukan mitra yang akan masuk layanan cloud kitchen. Sebab, akan disesuaikan dengan permintaan di sekitar lokasi.
Gojek dan Grab Bersaing dengan E-Commerce hingga Google
Seiring dengan meningkatnya permintaan layanan pesan-antar makanan, ada banyak perusahaan yang merambah bisnis ini. Google, Instagram, Shopee hingga Tokopedia menyediakan layanan serupa.
Instagram merilis stiker bersama ‘Dukung UKM’ dan ‘Pesanan Makananan’ untuk UMKM umum maupun di bidang kuliner. Ketika mengeklik stiker ini, pengguna akan diberi pilihan mitra pengantaran yakni GoFood dan GrabFood.
Google juga mengembangkan fitur baru pada Google Maps akibat pandemi corona. Layanan ini memungkinkan pengguna memesan makanan, lalu mengambilnya langsung ke restoran (take out) atau lewat jasa pengiriman (delivery).
(Baca: Peta Persaingan Gojek, Grab & E-Commerce di Pesan Antar Bahan Makanan)
Shopee juga merilis inisiatif Shopee Food, yang memuat beragam produk mulai dari makanan berat hingga jajanan dari berbagai restoran, serta UMKM. Selain itu, tersedia bahan masakan seperti sayuran, daging, dan makanan beku.
Transaksi pada layanan tersebut bahkan melonjak empat kali lipat. Permintaan makanan kaleng dan bahan pangan segar juga meningkat masing-masing tujuh dan 11 kali lipat pada Maret lalu.
Tokopedia juga digandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Kementerian Perindustrian untuk menjual produk kopi. Penjual kopi literan seperti Tuku, Maxx Coffee, Roempi Coffee, Kopitagram, Anomali Coffee, Titik Temu Coffee, dan lainnya pun berdagang di e-commerce ini.
"Makanan dan minuman, salah satu dari empat kategori produk yang paling populer," kata External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya kepada Katadata.co.id, Juni lalu (18/6).
(Baca: Saingi Gojek-Grab, Pesan Makanan Bisa Lewat Google, Instagram, Shopee)