RI Setop Ekspor Batu Bara, India Berburu Pasokan ke Australia

Happy Fajrian
5 Januari 2022, 06:00
batu bara, india, ekspor batu bara, larangan ekspor batu bara, australia
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (24/11/2021).

Harga batu bara di pasar ICE Newcastle Australia melonjak hingga ke level US$ 269,5 per ton, sedangkan harga batu bara acuan Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah menembus level US$ 200 per ton, tepatnya US$ 215,1 pada Oktober 2021.

Kebijakan ini didasari oleh rendahnya persediaan batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) yang berpotensi menyebabkan pemadaman listrik terhadap sekitar 10 juta pelanggan secara nasional.

Berdasarkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), penambang batu bara harus memasok 25% dari produksi tahunan mereka ke PLN dengan harga maksimum US$ 70 per ton. “Ini mutlak, tidak boleh dilanggar dengan alasan apapun,” kata Presiden Joko Widodo, Senin (3/1).

Dia menambahkan bahwa perusahaan tambang yang tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat dikenakan sanksi. Bahkan tidak hanya tidak mendapatkan izin ekspor tetapi juga dicabut izin usahanya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah terpaksa bertindak cepat. Sebab jika sampai terjadi pemadaman listrik, maka pemulihan ekonomi Indonesia akan terancam. “Harus ada pengorbanan. Pemerintah memilih yang dampaknya minimal terhadap perekonomian,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengatakan telah bertemu pemerintah untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Tujuannya adalah menghindari pemadaman listrik. “Sepuluh anggota terbesar kami mencoba membantu kekurangan PLN,” ujarnya.

Meski demikian, APBI meminta agar kebijakan tersebut dicabut. Sebab, beberapa perusahaan tidak dapat menjual ke PLN karena tidak memproduksi batu bara yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan PLN yakni dengan nilai kalor 4.200 Kcal per kilogram atau kurang.

Analis memperkirakan kesediaan para penambang untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk memulihkan arus ekspor akan mengarah pada penyelesaian yang cepat, terutama karena mereka memiliki kapasitas pasokan yang melimpah.

“Saya yakin total output bulanan dari tambang Indonesia hanya di bawah angka 40 juta ton, yang akan mewakili sekitar sepertiga dari permintaan domestik tahunan. Dengan demikian, sulit untuk membayangkan hal ini berlarut-larut lebih dari beberapa minggu,” kata analis pasar Seawolf Research, Matt Warder.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...