Jaringan Listrik Antar Pulau Kunci NZE 2060, Bagaimana Progresnya?

Muhamad Fajar Riyandanu
13 Oktober 2022, 17:08
jaringan listrik, net zero emission, nol emisi karbon,
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/wsj.
Ilustrasi jaringan listrik PLN.

Keandalan jaringan listrik dinilai menjadi faktor kunci dalam mencapai nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) 2060. Konsep tersebut mulai direalisasikan melalui skema Jaringan Listrik Nusantara Super Grid yang bakal menghubungkan jaringan listrik antar pulau di Tanah Air melalui kabel laut.

Analis kebijakan Direktorat Korservasi Energi Kementerian ESDM, Robi Kurniawan, mengatakan beberapa jaringan Super Grid ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN. Dia menyebut, tanpa adanya pengembangan jaringan listrik, Indonesia akan sulit mencapai target NZE.

"Jaringan menjadi kunci untuk memenuhi permintaan listrik. Dengan jaringan saat ini saja tentu kita tidak bisa mencapai NZE, perlu adanya integrasi jaringan yang ada di Indonesia melalui interkoneksi beberapa pulau utama dengan Super Grid," ujarnya dalam Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2022 pada Kamis (13/10).

Adapun jaringan listrik antar pulau yang sudah dicantumkan dalam RUPTL yakni interkoneksi listrik Pulau Sumatera dan Pulau Bangka Belitung dengan kapasitas 150 kilovolt (kV) pada tahun 2022.

Selanjutnya ada interkoneksi Kalimantan berkapasitas 150 kV pada 2023 dan interkoneksi wilayah Tambu, Sulawesi Bagian Utara hingga Bangkir, Sulawesi Bagian Selatan yang akan beroperasi atau Commercial Operation Date (COD) pada 2024.

Selain itu, juga ada interkoneksi antar negara dari Sumatera sampai Malaysia pada 2030 untuk mendukung kerangka kerjasama ASEAN Power Grid. "Beberapa pulau utama itu diinterkoneksikan dengan Super Grid. Sementara beberapa yang lain sudah dibahas di narasi RUPTL selanjutnya," ujar Kurniawan.

Selain itu, Indonesia juga berencana menyambungkan jaringan listrik dalam negeri dengan Singapura lewat interkoneksi Sumatera-Singapura untuk mendukung kerangkan kerja sama ASEAN Power Grid. Jaringan ini juga menghubungkan Sumatera dan Bintan di Kepulauan Riau.

Lebih lanjut, pemerintah juga masih mengkaji peluang permintaan dan pasokan listrik sebelum mendirikan interkoneksi Sumatera-Jawa berkapasitas 500 kV. Kajian lebih lanjut juga dilakukan untuk rencana pembangunan interkoneksi Bali-Lombok berkapasitas 150 kV dan jaringan penghubung listrik Bangka-Belitung 150 kV.

Adapun sistem kelistrikan antar pulau di Indonesia ini ditaksir membutuhkan investasi yang cukup besar. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan bahwa biaya investasi ini tergantung oleh banyak faktor.

Seperti pemilihan teknologi yang akan digunakan yakni saluran transmisi tegangan tinggi arus bolak-balik (high voltage alternating current/HVAC), atau arus searah (HVDC).

Kemudian jarak yang akan tersambung, besar daya yang ditransmisikan, hingga kondisi lingkungan. "Untuk grid nusantara, jika menggunakan kabel laut untuk interkoneksi antarpulau dengan teknologi HVDC, maka biaya investasinya sekitar Rp 3,6-4,4 miliar per kilometer (km)," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (8/7).

Sedangkan berdasarkan kajian IESR yang bertajuk Deep Decarbonization of Indonesia Energy System, untuk membangun interkoneksi antarpulau membutuhkan investasi US$ 100 miliar atau lebih dari Rp 1.450 triliun hingga 2050.

Fabby menambahkan bahwa pembangunan interkoneksi listrik antarpulau adalah keniscayaan. Pasalnya, konsep ini dapat meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan mengoptimalkan pemanfaatan energi bersih yang tersebar di berbagai kepulauan.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...