Outlook 2023: Krisis Energi di Tengah Ancaman Resesi Global

Happy Fajrian
5 Januari 2023, 07:00
krisis energi, outlook 2023
123RF.com/_fla
Ilustrasi migas.

Senada, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memperkirakan harga batu bara masih tinggi, yakni di kisaran US$ 250-300 per ton. “Karena Uni Eropa semakin tergantung dengan batu bara, mereka menghidupkan kembali PLTU di tengah konflik Rusia-Ukraina yang masih belum selesai,” kata dia.

Faktor lainnya yang akan mendorong konsumsi batu bara adalah fenomena cuaca ekstrim yang diprediksi akan mewarnai tahun 2023 seperti yang terjadi pada 2022. Cuaca ekstrim ini akan mempengaruhi produksi listrik dari sumber energi terbarukan.

Hal ini terjadi pada 2022, ketika beberapa sungai besar dunia seperti Yangtze (Cina), Danube dan Rhine (Eropa), dan Colorado (AS), mengalami kekeringan dan memukul ouput pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kemudian gelombang panas dapat mendorong konsumsi listrik.

Sementara konsumsi gas alam diprediksi mendatar pada 2023 dengan penurunan yang terjadi di Eropa sebesar 1,7%. EIU menyebut konsumsi gas Eropa tidak akan kembali ke level sebelum perang Rusia-Ukraina.

Meski demikian, konsumsi di Asia diramal naik 2,4% dan berpotensi menjadi pasar utama untuk komoditas gas alam dunia, melampaui Amerika Utara, pada 2027.

Prospek Cerah Industri Batu Bara Nasional di Tengah Tuntutan Iklim

Dari dalam negeri, industri batu bara diyakini masih memilik prospek cerah untuk beberapa tahun ke depan meski di tengah tren transisi energi dan komitmen iklim untuk menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan transisi energi dan pembangunan rendah karbon menjadi tantangan terberat industri ini di masa mendatang.

“Semakin banyak lembaga keuangan dan perbankan baik dunia dan nasional yang meninggalkan proyek-proyek yang berbasis batu bara. Tren perubahan iklim mengharuskan lembaga-lembaga keuangan untuk mendanai proyek ekonomi hijau,” ujarnya dalam Mining Talk Series beberapa waktu lalu.

Meski demikian, di tengah seretnya pendanaan tersebut, baik produksi, konsumsi domestik, dan ekspor batu bara Indonesia terus mengalami peningkatan. Menurut Hendra, salah satu faktor pendorong permintaan batu bara adalah perang Rusia-Ukraina yang mendisrupsi pasar energi, sehingga melambungkan harga batu bara.

Oleh karena itu, dalam jangka pendek, permintaan batu bara masih akan terus meningkat. Pada 2023 permintaan diperkirakan mencapai lebih dari 1 miliar ton, dipimpin oleh Cina dengan 232,7 juta ton dan India 207,5 juta ton. Permintaan dari Eropa juga diproyeksi melonjak hingga 31% dari hanya 85,8 juta ton pada 2021 menjad 112,6 juta ton.

“Dinamika geopolitik masih sangat berpengaruh, masih akan sangat dinamis. Mudah-mudahan konflik ini bisa segera dihentikan. Meskipun konflik ini memberikan peluang (bagi industri batu bara), tapi juga memicu inflasi tinggi dan hambatan logistik yang akan merugikan semua pihak termasuk industri batu bara,” ujarnya.

Adapun pemerintah menargetkan produksi batu bara sebesar 694 juta ton pada 2023, lebih tinggi 4,6% dibandingkan target tahun 2022 sejumlah 663 juta ton.

Hendra mengungkapkan ada beberapa tantangan dalam mencapai target produksi batu bara, seperti faktor cuaca dengan perubahan iklim membuat curah hujan sulit diprediksi dan masih cukup tinggi.

“Di 2023 kami kira masih akan seperti itu, sehingga ini berpengaruh terhadap produksi. Faktor ketersediaan alat berat juga masih bisa menjadi faktor, sehingga supply menjadi tidak maksimal. Untuk harga tentu saja dipengaruhi hukum supply dan demand,” kata dia.

Sementara dari sisi ekspor, Ketua Indonesia Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo memprediksi pemerintah masih akan mengandalkan ekspor batu bara sebagai salah satu sumber penerimaan negara. Pasalnya, setoran pajak dari sektor batu bara masih cukup tinggi.

“Tahun 2023 batu bara akan ditempatkan sebagai komoditas untuk mendorong pendapatan negara. Pasar batu bara di Pasifik dan Atlantik akan tetap tinggi, jadi India dan Cina akan tetap menjadi pasar utama batu bara kita,” ujarnya dalam acara Core Economic Outlook 2023 beberapa waktu lalu.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...