Produksi Migas Turun di Bawah Target, Pakar Sarankan 4 Kebijakan Ini
Dengan profil produksi dan pola investasi hulu yang porsi eksplorasinya minim, Komaidi menilai akan sangat sulit untuk dapat mencapai target produksi minyak bumi sebesar 1 juta barrel of oil per day (BOPD) dan gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari BSCFD pada 2030.
Beberapa kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk menahan laju penurunan produksi mulai dari pemberian keleluasaan atau fleksibilitas bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk dapat memilih bentuk kontrak yang lebih sesuai dengan kondisi wilayah kerjanya dan strategi portofolio investasinya.
Kemudian dengan menambah porsi bagian KKKS melalui penyesuaian besaran komponen-komponen fiskal yang ada di dalam Kontrak Kerja Sama (KKS). Pemerintah juga dapat melakukan penyesuaian di beberapa komponen fiskal, yakni sebagai berikut:
- Perubahan split bagi hasil (penambahan split bagi kontraktor),
- Mengurangi persentase First Tranche Petroleum (FTP),
- Pengembalian biaya operasi melalui depresiasi yang dipercepat,
- Perpanjangan periode Domestic Market Obligation (DMO) Holiday dengan mengacu pada Indonesian Crude Price (ICP),
- Penambahan investment credit.
Tak hanya melalui perbaikan kebijakan serta komponen fiskal, Komaidi menyebut untuk meningkatkan produksi migas nasional secara signifikan juga diperlukan investasi skala besar.
“Untuk kegiatan pengembangan lapangan lapangan baru sebagai hasil dari kegiatan eksplorasi masif ataupun melalui kegiatan peningkatan produksi tahap lanjut (enhanced oil recovery/EOR) skala besar, mutlak diperlukan,” ujarnya.
Dalam hal ini, SKK Migas memperkirakan setidaknya diperlukan investasi sebesar US$ 186 miliar selama periode 2021-2030 untuk meningkatkan kinerja produksi migas.
